Wahyu Aditya
Siapa bilang hobi
menggambar hanya bisa jadi pelukis saja?, Siapa bilang hobi
menggambar tak bisa membuat perusahaan?, Siapa bilang pelajaran
menggambar tidak penting dan pelajaran matematika saja yang penting?, Siapa bilang kesuksesan
hidup hanya milik sang jenius matematika?
Wahyu Aditya sangat tak
suka matematika bahkan dia bersumpah serapah hanya mau kuliah di jurusan yang
tidak ada matematikanya. Ia lebih suka bercorat-coret di atas kertas,
menggambar berbagai tokoh imajinasinya daripada berlatih soal matematika.
Biografi Wahyu Aditya.
(Penulis menulis seperti ini bukan berarti penulis juga benci matematika, namun memang seperti itulah Wahyu Aditya seperti yang penulis baca di buku biografinya).
Muda, pintar, kreatif,
memiliki bisnis sendiri dann banyak uang, tentu menjadi impian banyak orang.
Gara-gara sering menyaksikan acara “Gemar Menggambar” yang ditayangkan di TVRI
era tahun 90-an, diusianya yang masih relatif muda, Wahyu Aditya yang lahir
pada tanggal 4 Maret 1980 di Malang, telah memiliki semua impian hidup itu.
Dengan kemampuannya
dibidang desain grafis dan animasi, ia menjadi pemain utama dalam bisnis
animasi dan desain grafis di tanah air. Bahkan iapun banyak diburu oleh
perusahaan kreatif untuk menggarap sederet pesanan iklan. Baik iklan komersial
maupun iklan layanan masyarakat.
Titik balik yang membuat
nama Adit menggebrak dunia animasi internasional adalah ketika dewan juri yang
terdiri dari para pakar film Inggris menyatakannya sebagai juara International
Young Screen Entrepreneur of the Year 2007. Pada event yang diselenggarakan
oleh British Council di Apollo Theatre West End London. Wahyu Aditya telah
berhasil menumbangkan saingannya yang berasal dari India, Cina, Brazil,
Polandia, Slovenia, Lithuania, Nigeria an Lebanon.
Dewan juri menilai Adit
berhasil memadukan antara kreativitas, idealisme dan bisnis di usianya yang
masih sangat muda. Pada saat itu usianya baru 27 tahun namun ia telah berhasil
mendirikan sekolah film HelloMotion dan memprakarsai festival ilm Hellofest
dimana setiap tahun meraup 10 ribuan penonton muda di seluruh Indonesia.
Ditengah keterbatasan
industri animasi kreatif di tanah air, Adit dinilai mampu menciptakan pasarnya
sendiri. Sudah beberapa brand komersial ditanganinya antara lain PLN, Bushway,
Kampanye pemilu, Jakarta Internasional Film Festival (JIFFEST) dan Pertamina.
Siapakah sosok Wahyu
Aditya atau akrab disapa Adit? Bagaimana tiba-tiba dari seorang yang tak pernah
terdengar namanya menjadi animator kelas dunia? Berikut ini Kisah Sukses dan Biografi Wahyu Aditya.
Kisah Gambar
Dinding
Kegemaran Adit dalam
menggambar sudah terlihat sejak duduk dibangku SD. Ketika masih kelas 1 di SD
Cor Jesu 1 Malang, ia pernah memenangkan lomba menggambar. Kegemarannya itu
kemudian disalurkan dengan mengirim gambar pada Tino Sidin, tokoh legendaris
yang membawakan acara “Gemar Menggambar” di TVRI kala itu. Sayang gambarnya tak
pernah terpilih untuk ditayangkan.
Ketika kelas VI SD, ia
rajin mengisi buku tulisannya dengan berbagai gambar dan cerita. Daripada
membeli mainan ia lebih sering membeli kertas HVS untuk dicorat-coreti dengan
gambaran. Ia juga pawai menyulap buku tulisnya menjadi komik dengan menciptakan
ilustrasi sederhana dari berbagai tokoh rekaannya. Nama-nama tokoh dipelesetkan
dengan mengambil inspirasi dari lingkungannya. Seperti empat sekawan menjadi
enam sekawan, mengacu pada jumlah “preman cilik” di sekolahnya.
Hasil gambarannya
kemudian disebarkan ke teman sekelas. Banyak yang menyukai dan terhibur oleh
gambaran Adi, “ Saya senang jika mereka terhibur oleh karya saya,” katanya
girang.
Ketika SMP, Adit
dipercaya mengelola rubrik khusus untuk majalah sekolahnya. Isinya tentang
keadaan sekolah waktu itu.
Hobi menggambar terus berlanjut
hingga SMA. Bahkan dinding sekolahpun ia gambari, “Saya murid ertama yang
diperbolehkan menggambari dinding,” katanya mengenang. Karirnya sebagai seorang
animator diawali dengan menjadi komikus amatiran. Korban pertamanya adalah
buku-buku pelajaran kelas 3 SMA. Di buku inilah Adit membuat animasi strip
komik. Ketika akan melanjutkan kuliah pun dengan tegas ia memilih , “ Ingin
kuliah ditempat yang tidak ada matematikanya,” tandas anak kedua dari pasangan
Sanarto Santoso dan Tri Astuti ini. Akhirnya Adit memilih
menuntu ilmu di Advanced Diploma of Interactive Multimedia – KvB Institut of
Tech, Sydney Australia untuk mempelajari multimedia. Saat kuliah ia sempat
menjuarai perlombaan.
Ketika liburan kuliah,
Adit pulang ke Indonesia untuk ikut magang di sebuha percetakan sablon di
Malang selama dua bulan. Pemilik percetakan yang melihat hasil karyanya jauh
melampaui kelasnya mengarahkan Adit untuk magang di Broadcast Desain Indonesia
di kawasan Jakarta Selatan. Disana ia hanya mengamati pembuatan video dan
teknik mengedit.
Karir
Adit selepas kuliah
dimulai sebagai creative desainer dn animator di Trans TV pada
2000-2002. Sebagai best student di KvB Institut of Tech, almamaternya,
bisa saja ia
melanjutkan hidup di negeri Kanguru itu, “Tapi saya tak betah hidup di
Australia,” katanya. Selepas dari Trans TV,
Adit memilih bekerja sebagai freelance selama satu tahun. Karena
keterampilan
dan pengetahuannya solid, ia bisa melakukan pekerjaan apapun. Dari
animator,
sutradara sampai produser, ia bisa melakukannya. Proyek pertama yang
ditanganinya adalah video klip Padi “Bayangkanlah” . Clip ini
memenangkan “Best
Video clip of The Month” Video Musi c Indonesia 2002 dan “People Choice
Award”
Video Music Indonesia 2002. Sejak saat itu tawaran demi tawaran mengalir
padanya.
Membangun
Kesuksesannya Sendiri
Tawaran bekerja dibawah
perusahaan orang lain tak membuat Adit tertarik. Percaya diri pada kemampuannya
bersama tujuh temannya ia mmebuat perusahaa dibidang jasa. Sayang usaha ini
gagal, “Kumpulan orang pintar tapi tak ada naluri bisnis,” kata Adit
menyimpulkan kegagalannya.
Karena tahu hanya kepada
diri sendirilah ia bersandar, Adit memulai langkah yang terbilang nekat.
Berbekal pinjaman bank sebesar 400 juta rupiah ia membuka kursus animasi. “Biar
orang sekolah di Indonesia saja, tak harus keluar negeri,” niatnya sederhana.
Kendati terdengar
ambisius namun Adit telah melakukan riset kecil-kecilan lebih dulu. Hasilnya,
banyak orang menyatakan minat bila ia membuka lembaga kursus animasi di
Indonesia.
Tekad itu diwujudkan
dengan ikut sebuah pameran pendidikan di semanggi expo Jakarta Selatan. Disana
ia menemukan ada 41 orang yang berminat menjadi murid. Ini menjadi langkah awal
bagi Adit untuk mendirikan HelloMotion Inc, School of Animation and Cinema.
Pemilihan nama dalam bahasa Inggris dimaksudkan agar ia bisa membuka franchisee
di luar negeri.
Berdiri sejak lima tahun
lalu, lembaga ini masih sepi. Dari modal 400 juta ia bisa menengguk keuntungan
18% setahun. Padahal ketika awal berdiri, sekolah itu tak mendapat keuntungan
tapi malah minus 11%. Tahun berikutnya minus 6%. Sampai saat ini sudah
meluluskan 800 an siswa,” Itu masih kurang karena kami hanya punya satu kelas,”
katanya. Satu kelas diisi 10 siswa dan ada 20 instruktur yang handal
dibidangnya.
Selain mencari
penghasilan, Adit juga menyempatkan waktu untuk merealisasikan ide-ide aneh
lainnya. Adit membentuk Kementerian Desain Republik Indonesia (KDRI) yang
bertujuan mengubah Indonesia dengan caranya sendiri. Di KDRI, struktur
birokrasinya sederhana. Ia menjabat juru bicara kementrian. Sedangkan posisi
mentri diduduki Mr Gembol (panggilan masa kecilnya). Mr Gembol juga merangkap
kurir KDRI. Biarpun terkesan lucu, dalam sehari website KDRI setidaknya
dikunjungi 1000 pengunjung. Disini para volunteer dimanapun bisa mengirimkan
desain karya mereka.
HelloMotion
Ada yang menarik dari
tekad Adit mendirikan lembaga pendidikan animasi ini. Katanya, “Animasi kita
masih kalah jauh dari Korea, Cina dan India. Animasi di Indonesia secara
industri masih kategory advertising belum ke film dan TV.
Kini HelloMotion yang
memiliki visi menggalakkan budaya motion picture art mulai diperhitungkan
diindustri animasi tanah air. Untuk terus mengembangkan bisnisnya, Adit
menggunakan cara Buzz Marketing atau getok tular serta lewat iklan media cetak,
elektronik dan internet.
Ia sekarang tidak lagi
khawatir dengan persaingan di industri animasi. Karena daftar tunggu untuk
peserta kursus sekarang bisa sebulan lebih di Hello School. Adit juga terus
melakukan inovasi-inovasi.
Itulah kisah sukses Wahyu
Aditya yang bisa meraih mimpinya diusia muda dengan caranya yang unik bahkan
terkadang nyeleneh dari orang pada umumnya.
Biodata
Nama : Wahyu Aditya
TTL : Malang, 4 Maret
1980
Pendidikan : 1998-2000
Advance Diploma Jurusan Interactive Multimedia – KvB Institute of Tech. Sydney
Australia
Nama Usaha : HelloMotion
Academy School of Animation and Creativity (Sekolah Animasi dan Sinema)
Penghargaan
2008 Finalis Wirausaha
Muda Mandiri
2008 Juara 1 Blogging CompetitionBritish
Council
2008 30 Most Inspiring People
Under 30 – Award from Hard Rock FM
2008 Australian alumni
award – Finalis Creativity and Design Award
2008 World Winner of
British Council – International Young Creative Entrepreneur of The Year – Film
Category
2007 Pemenang of British
Council – International Young Creative Entrepreneur of the Year – Film Category
Indonesia
2007 Finalis of British
Council – International Young Creative
Entrepreneur of the Year – Designn Category – Indonesia
2007 Special Achievement
Award – FAN/National Animation Festival
2007 Scholarship –
Animation & Cinema Industry by AOTS - Japan
2006 Best 3 –
International Young Creative Entrepreneur of the Year – Indonesia
2005 Best Concept for
Future Film – Jakarta International Film Festival and Hubert Bals Foundation
2005 Win 8 Awards in
Indonesia Animation Festival
2005 Finalis Asiana Film
Festival – South Korea
Profesi
2004 – Sekarang >> Pemimpin HelloMotion Academy –
School of Animation Creativity, Konseptor dan kurator HelloFestMotion Art
Festival, Movie Direktor, Motion Graphic Artist, Design Graphic Artist,
Illustrator, Photographer, Art Director, Editor, Script Writer, Animator,
Cameramen, Seminar Speaker and Dreamer.
2004 –Sekarang >>
Vice President ASIFA / Animation Association – Indonesia Branch
Tidak ada komentar:
Posting Komentar