Merry Riana
Seorang mahasiswi dengan ekonomi pas-pasan, anak muda Indonesia ini telah menjelma menjadi miliuner muda dan diakui sebagai pengusaha sukses, motivator wanita nomor 1 di Asia yang sangat dinamis, serta pengarang buku terlaris di Singapura. Melewatkan masa kuliah yang penuh keprihatinan finansial di Nanyang Technological University, Merry kemudian menciptakan perubahan paradigma berpikir dan memulai suatu perjuangan dengan konsep dan etos kerja luar biasa. Akhirnya, dia berhasil meraih penghasilan 1 juta dolar di usia 26 tahun.
Hello Epribadeh hehe ....
Emangnya siapa sich Merry Riana? Ada apa dengan Merry Riana? Oke langsung aja ye CEKIDOT .
KISAH PERJUANGAN MERRY RIANA
Kisah ini berawal dari
gagalnya Merry Riana masuk Universitas Trisakti. Bukan karena Merry Riana bodoh
akan tetapi ini disebabkan adanya kerusuhan di bulan Mei tahun 1998. Orang tua
beliau (Merry Riana) khawatir kerusuhan akan berkepanjangan dan mengancam
keselamatannya. Akhirnya orang tua beliau memutuskan untuk memasukkannya ke NTU
(Nanyang Technological University) di Singapura.
Merry Riana bukan berasal
dari keluarga bangsawan yang kaya-raya, bukan pula anak dari taipan sukses.
Beliau hanyalah anak dari seorang pegawai perusahaan yang telah resign dari
perusahaannya dan mendirikan bisnis kecil-kecilan. Jadi tak pernah sedikitpun
Merry Riana akan berkuliah di luar negeri dan orang tuanya pun tak pernah bersiap-siap
dari segi dana untuk megkuliahkan anaknya di Singapura. Baginya kuliah di
Singapura adalah dobrakan terbesar dalam hidupnya. Ia akan tinggal terpisah
jauh di negeri orang dan jauh dari keluarga. Perlu diketahui bahwa Merry Riana
adalah anak rumahan yang sangat nyaman sekali dan sangat butuh perlindungan
keluarganya. Kehidupannya sejahtera dan sangat terlindungi. Rumah adalah
pelabuhan damai untuknya.Tahu-tahu harus mau untuk terpisah jauh dari keluarga
dan harus menghadapi kehidupan diluar sana yang entahlah bagaimana warnanya.
Sebenarnya Merry sangat ingin sekali untuk tidak jadi berangkat dan kuliah di
Trisakti saja. Tetapi apa boleh dikata kerusuhan Mei 1998 sangat menimbulkan
ketakutan terutama bagi warga keturunan Tionghoa. Kebetulan Merry Riana
berdarah Tionghoa. Akhirnya terpaksa ia menyetujui usulan orang tuanya.
Kenapa NTU yang dipilih?
Karena NTU menyediakan fasilitas kredit bagi biaya pendidikan bekerja sama
dengan DBS (Development Bank of Singapore). Sehingga mahasiswa yang ingin kuliah
disana tetapi budgetnya pas-pasan tidk perlu pusing memikirkan biaya awal.
Utang dicicil saat mahasiswa lulus dan telah bekerja.
Tibalah Saat Keberangkatan ke Singapura.
Dengan bekal yang sangat minim, uang saku yang tak seberapa dari orang tua, pakaian sehari-hari, mie instan, teh, gula, kopi dan kebutuhan sehari-hari, berangkatlah Merry Riana dengan hati yang galau. Entahlah apa yang terjadi dengan nya disana, esok hari dan selanjutnya. Baginya ini benar-benar tak pernah ada dalam agenda hidupnya. Sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Singapura pikirannya dipenuhi bermacam kekhawatiran. Sebentar ia memikirkan keluarganya di Jakarta takut jika kerusuhan tak kunjung selesai dan keluarganya ada yang jadi korban, sebentar ia memikirkan dirinya sendiri di negeri orang dengan bekal pas-pasan dan uang kuliah hutangan. Belum lagi menurut berita Singapura adalah negeri yang tak mentolelir kesalahan sekacil pun. Pernah suatu ketika ada orang asing yang mencoret dinding maka ia dikenakan hukuman cambuk. Bener bener carut marut pikirannya saat itu.
Dengan bekal yang sangat minim, uang saku yang tak seberapa dari orang tua, pakaian sehari-hari, mie instan, teh, gula, kopi dan kebutuhan sehari-hari, berangkatlah Merry Riana dengan hati yang galau. Entahlah apa yang terjadi dengan nya disana, esok hari dan selanjutnya. Baginya ini benar-benar tak pernah ada dalam agenda hidupnya. Sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Singapura pikirannya dipenuhi bermacam kekhawatiran. Sebentar ia memikirkan keluarganya di Jakarta takut jika kerusuhan tak kunjung selesai dan keluarganya ada yang jadi korban, sebentar ia memikirkan dirinya sendiri di negeri orang dengan bekal pas-pasan dan uang kuliah hutangan. Belum lagi menurut berita Singapura adalah negeri yang tak mentolelir kesalahan sekacil pun. Pernah suatu ketika ada orang asing yang mencoret dinding maka ia dikenakan hukuman cambuk. Bener bener carut marut pikirannya saat itu.
Akhirnya pesawat mendarat
di bandara Changi Singapura pada malam hari. Pemandangan Singapura tampak
cantik. Apalagi saat melewati Orchard. Ia ingat pernah berlibur dengan
keluarganya di sini, makan enak dan berbelanja. Saat itu ia berpikir alangkah
beruntungnya ia bisa berlibur ke negara ini dengan uang yang cukup, sebab
negeri itu memiliki magnet belanja yang sangat menggoda. Ia tidak pernah
menduga jika saat ini kembali ke Singapura bukan dengan uang segebok tapi justru
dengan setumpuk mie instan, kopi, gula dan setumpuk kegalauan di dada.
Saat sampai di area
kampus, rombongan memutuskan untuk menuju ke kantin. Saat itu masih ada kantin
yang buka, segera saja rombongan termasuk Merry Riana memesan nasi goreng dan
dengan cepat mereka menghabiskan nasi goreng tersebut. Saat membayar harganya,
Merry Riana sangat terkejut karena nasi goreng tanpa tambahan lauk daging atau
telor harganya $ 2. Itu artinya harga nasi goreng yang sangat-sangat sederhana
itu jika di kurskan ke rupiah adalah Rp20.000,- (saat itu kurs rupiah terhadap
dolar sudah naik sedemikian tajam, yang semula $1 = Rp.2500,- menjadi Rp
10.000,-). Mungkin 20 ribu bukanlah apa-apa bagi yang punya uang, tetapi bagi
Merry Riana yang datang dan berkuliah di situ dengan bekal yang minim dan
kuliah dengan uang hutang tentulah ini problem yang besar. Ingin rasanya ia
tidak jadi beli nasi goreng itu dan memilih memasak mie instan saja tapi tentu
saja itu tidak boleh.
Hari Pertama di NTU
Selama kuliah di NTU
Merry Riana akan bertinggal di asrama. Asrama NTU sangatlah mendukung mahasiswa
untuk konsen belajar. Mulai dari bangunannya sampai pemandangan yang begitu
indah layaknya di villa. Ini membuat pikiran Merry yang tegang agak rileks. Pagi
pertama begitu mengesankan, pemandangan NTU yang asri sangat menentramkan hati.
Merry membuat sarapannya yang pertama yaitu mie instan. Ia belum menyangka jika
hari-hari selanjutnya sarapannya akan diisi oleh mie instan dan mie instan.
Hari itu ia dan sejumlah
calon mahasiswa harus mengurus pinjaman di DBS sebagai biaya kuliah lalu
dilanjutkan mengurus administrasi perkuliahan. Dari DBS (Development Bank of
Singapore) ia menerima pinjaman sebesar 300 juta rupiah jika di kurskan di mata
uang Indonesia. Uang sejumlah itu akan digunakan untuk pembayaran kuliah sampai
lulus, biaya sewa asrama dan uang saku. Biaya sewa asrama dan uang saku
diberikan setiap enam bulan sebesar 1500 dolar Singapura. Itu berarti 250 dolar
per bulan dikurangi sewa asrama 180 dolar sisa 70 dolar. Biaya buku, fotokopi
dan lain-lain mencapai 30 dolar sisa 40 dolar. Hah... Merry langsung lemas
karena itu artinya ia harus hidup dengan uang 40 dolar sebulan atau 10 dolar
seminggu, sedangkan harga nasi goreng polos saja harganya 2 dolar, dengan uang
10 dolar ia bisa membeli 5 kali nasi goreng, sedangkan ia harus makan 3 kali
sehari 27 kali seminggu. Bertambah puyeng lah ia. Ingin rasanya ia mengadukan
hal ini ke orang tuanya, mengatakan jika ternyata uang pinjaman DBS dan uang
saku dari papanya tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya. Ya ia
harus bilang ke mamanya bahwa ia butuh uang saku lebih.
Segeralah Merry menelepon
orang tuanya dan... sebelum ia mengutarakan uneg-unegnya keduluan mamanya
memberitahunya bahwa ia harus berhemat dengan uang yang ada karena papanya
sudah tidak bekerja lagi di perusahaan dan bisnis yang selama ini dikelola
sedang lesu dampak krismon. Tak tegalah ia mengutarakan uneg-unegnya, ia
membayangkan bagaimana nanti susahnya orang tuanya jika ditambahi beban keuangan
dirinya sedangkan masih ada dua adiknya yang membutuhkan biaya lebih.
Kekuatan Sepuluh Dolar Seminggu
Oke jelaslah sudah apa
yang akan terjadi padanya selanjutnya. Ya! Ia harus berjuang dengan sepuluh
dolar seminggu. Uang sepuluh dolar seminggu di Singapura adalah jumlah yang
membuat orang lemas jika diharuskan bertahan hidup dengan itu. Jangankan di
Singapura, di Indonesia saja sepuluh dolar seminggu atau 100 ribu jika di
kurskan rupiah bukanlah jumlah yang mewah untuk makan. Tapi justru inilah konstruksi
untuk sukses besar Merry Riana dikemudian hari. Ya! Kekuatan sepuluh dolar
seminggu.
Lalu bagaimana strategi
bertahan hidup dengan $ 10 seminggu? Begini pada akhir pekan ia ke ATM,
mengambil 10 dolar. Kemudian dibelilah roti tawar besar diiris-iris yang akan
menjadi bekalnya ke kampus setiap siang. Setiap pagi ia sarapan dengan mie
instan. Kadang ia tidak sarapan jika mie instan habis. Sering ia merasa
kelaparan di kampus karena sebuah mie instan tidaklah cukup untuk menyokong
energinya menghadapi aktivitas perkuliahan yang berat. Karena ia sering makan
mie instan sering teman asramanya menegornya bahwa mie instan tidak baik
dikonsumsi terlalu sering, tapi Merry hanya tersenyum tipis membalasnya. Yang
paling susah adalah menolak ajakan teman untuk kekantin. Tentunya tidak enak
jika minta ditraktir karena mereka sama-sama mahasiswa dan belum
berpenghasilan. Sesekali ia menerima tawaran temannya dan ia hanya memesan nasi
dengan lauk sayur tahu tanpa daging, ikan ataupun ayam, temannya menegor apa ia
bisa makan tanpa lauk (di Singapura tahu termasuk sayuran bukan lauk), Merry
hanya menjawab bahwa ia tidak suka daging.
Dan tahukah teman
bagaimana ia mensuplai kebutuhan minumnya? Di kampusnya ada keran air yang
layak minum tetapi sangat jarang sekali mahasiswa yang minum dari situ karena
tentu saja gengsi. Merry mengambil air dari situ, ia pindahkan airnya ke botol
air mineral dan ia bawa pulang ke asrama. Pernah ia kepergok mahasiswa lain dan
tentu saja mahasiswa tersebut terheran-heran melihat seorang gadis menampung
air dari keran yang biasanya untuk cuci tangan tetapi buat minum, tetapi Merry
pura-pura tidak melihatnya. Sangat berat sekali ia menghadapi hari-harinya.
Sungguh betapa nelangsanya, tapi ia harus kuat.
Selain harus ngirit
sengirit-ngiritnya dengan sepuluh dolar seminggu, ia juga diharuskan untuk
tetap berkonsentrasi belajar karena berkuliah di NTU menuntut konsentrasi yang
penuh. Beban kuliah yang begitu berat benar-benar menguras energi dan pikiran.
Perlu diketahui Merry Riana memilih jurusan Teknik Elektro dan itu bukanlah
jurusan yang ringan, belum lagi ia diharuskan ikut kelas bahasa inggris (karena
bahasa inggrisnya jelek sekali) dan jika berkali-kali failed maka ia harus drop
out dari perkuliahan.
Pekerjaan Pertama
Satu tahun terlewati dengan
hari-hari yang begitu berat. Sesuatu yang sering dipikirkan oleh Merry Riana
adalah bagaimana dengan hari esok? Apa yang harus dilakukan agar kesulitan ini
tidak berkepanjangan? Ia harus bekerja, tetapi ia bingung pekerjaan apa karena
ia masih kuliah. Segeralah ia hunting pekerjaan dan ia memutuskan untuk menjadi
penyebar brosur biro jodoh. Pekerjaannya sangat mudah, ia hanya perlu
membagikan brosur ke orang-orang yang lalu lalang di jalanan se banyak mungkin
tanpa harus menjelaskan apa isi brosurnya. Akan tetapi pekerjaan ini sangatlah
menusuk harga diri, bagaimana tidak sering orang menolak mentah-mentah dan
membuang brosur yang ia bagikan bahkan ada juga yang sengaja berlari kecil
menghindar darinya. Merry begitu terpukul, sehina itukah dirinya. Bukankah
hanya menerima brosur dan meletakkannya di tas dan jika ingin membuangnya tidak
dihadapan si penyebar brosur kan juga bisa, toh brosur itu ukurannya tidak
terlalu besar. Itung-itung berempati dengan perasaan orang yang menyebarkan
brosur.
Ia istirahat sejenak, ia
mengobrol dengan teman sesama penyebar brosur. Temannya memberi saran bahwa
menyebar brosur ya menyebar brosur tak usah pedulikan bagaimana tanggapan
orang-orang, yang tidak mau tak usah diambil hati. Tak ada niat menyakiti dari
orang yang menolak brosurnya. “Hidup ini berat, jangan cengeng”. Begitu nasihat
temannya. Merry jadi lebih kuat dan ia melakukannya lagi. Toh yang penting ia
harus dapat uang.
Hari pertama bekerja
selama lima jam ia mendapat bayaran 15 dolar. Ia sangat girang. Ia langsung
membeli minuman yang enak dan membeli nasi lauk daging. Ia begitu bahagia
menikmati hasil kerjanya yang pertama. Setiap hari selama libur semester ia
habiskan untuk menyebar brosur. Tiap hari ia bisa menabung. Akan ada banyak
keperluan di semester mendatang dan ia tidak perlu menunggu kiriman dari orang
tua sepeserpun.
Pekerjaan ini bukannya
tidak pernah membuatnya disergap perasaan mellow. Disaat-saat tertentu karakter
lamanya sebagai gadis yang merasa aman dalam dekapan keluarga kerap muncul saat
merasa letih karena tuntutan kerja yang keras karena kondisi finansial yang
sulit. Tapi kemudian bisa ditepis dengan keyakinan bahwa Mood yang buruk getarannyaakan ditangkap semesta dan berbalik dalam
suasana yang tidak enak. Bangkitlah kembali spiritnya.
Pekerjaan membagikan
brosur membuat Merry Riana bisa menabung sedikit demi sedikit setiap harinya.
Setidaknya ia tidak hanya mengandalkan 10 dolar per minggu untuk biaya hidup.
Paling tidak ini lebih menentramkan pikiran. Benar-benar peningkatan, dari
gadis yang damai dalam dekapan keluarga kini menjadi wanita yang tidak hanya
tegar tetapi juga berani menghadapi tantangan.
Pekerjaan menyebar brosur
tidak seterusnya ia lakoni. Ia juga mencari tahu pekerjaan lain yang lebih
ringan dengan gaji yang lebih tinggi. Salah satunya menjadi pelayan di toko
florist yang ada di sebuah gedung perkantoran, disini ia ditugaskan untuk
mengatur bunga selain itu ia juga ditugaskan memberikan brosur di setiap kantor
dan mencatat nomor telponnya. Ini tantangan baru karena sering resepsionis
tidak mau memberi nomor telpon mereka dengan alasan kartu namanya habis, namun
Merry tidak kehilangan akal, ia mengatakan kalau ia bisa mencatatnya di kertas.
Akhirnya resepsionis memberikan nomor kontak mereka walau dengan wajah agak
kesal. Hal ini memberikan pelajaran padanya bahwa orang tidak boleh menyerah
dan harus banyak akal.
Pernah juga ia menjadi
pelayan pesta. Tiap sabtu dan minggu jadwal perkuliahan libur jadi ia gunakan
itu untuk bekerja. Ia harus datang tiap akhir pekan yaitu sabtu atau minggu
kadang juga keduanya mulai pukul enam petang sampai sebelas malam. Yang
menyesakkan dada adalah pada pukul 11 malam mau pulang, pelayan harus berkumpul
di ruang belakang menunggu supervisor datang untuk membagikan upah sebesar 25
dolar dan setelah itu ia harus berlari kencang mengejar jadwal kereta MRT yang
terakhir jika tidak walhasil ia tidak bisa kembali ke asrama. Sering ia sampai
asrama pukul 1 dini hari. Ada lagi yang membuat mengelus dada di pekerjaan ini
adalah sering makanan enak-enak dibuang setelah pesta dan para pegawai termasuk
pelayan dilarang mengambil apalagi dibawa pulang. Bisa dibayangkan bagaimana
merintihnya perut melihat makanan yang super enak dibuang. Sedangkan Merry
sendiri ingin kesehariannya makan dengan nasi dan lauk daging saja sangat
sulit.
Bertemu Sang Pujaan Hati
Ditengah-tengah kuliah,
kerja dan pergumulan finansialnya, Merry selalu menyempatkan diri untuk
mendekatkan dirinya dengan Sang Khalik. Merry Riana adalah Nasrani yang sangat
taat. Ia selalu percaya bahwa dibalik segala kesusahan yang ia hadapi ini pasti
Tuhan telah merencanakan sesuatu yang besar untuknya kelak. Orang tuanya
terutama mamanya selalu berpesan “
Serahkanlah semuanya pada Tuhan , dan Dia akan memberikan jalan padamu.
Yakinlah bahwa semua akan indah pada waktu-Nya. Dia akan menunjukkan jalan
selangkah demi selangkah menuju kebaikanmu”.
“Di dalam hidup ini, kita tidak bisa berharap segala yang kita dambakan bisa
diraih dalam sekejap. Lakukan saja perjuangan dan terus berdoa, maka Tuhan akan
menunjukkan jalan-Nya”. Itulah kata-kata yang selalu dipegang oleh Merry
Riana. Setiap akhir pekan ia selalu pergi ke gereja yang berada di dekat
kampusnya dan ia berdoa dengan sangat khusyuk mengadukan segala keluh kesah
yang ia hadapi bahkan sering sampai menangis.
Di kampusnya ia juga
aktif mengikuti kegiatan keagamaan. Disinilah ia menemukan seseorang dengan
latar belakang yang mirip dengannya. Seorang mahasiswa yang harus meninggalkan
Indonesia dan berkuliah ke luar negeri karena alasan yang kurang enak yaitu
“kerusuhan Mei 1998”. Mahasiswa itu bernama Alva Tjenderasa. Merry Riana dan
Alva Tjenderasa akhirnya berteman dan mereka sering ngobrol bareng. Alva sering
membaca buku-buku motivasi dan pengembangan diri seperti Robert Kiyosaki dan
Anthony Robbins. Mereka berdua sering membahas isi dari buku-buku itu dan
memadukannya dengan realita yang sedang mereka hadapi.
Mulai Berbisnis
Merry Riana masih tetap
menjalankan pekerjaan part time saat liburan semester dan akhir pekan. Hasil
dari pekerjaannya ia tabung sedikit demi sedikit dan akhirnya terkumpullah
beberapa ribu dolar. Merry mulai berfikir untuk memutar uangnya. Ia berdiskusi
dengan Alva kira-kira bisnis apa yang cocok untuknya. Suatu hari seorang
temannya menawarinya sebuah bisnis yang sangat menggiurkan yaitu “Success Forever” di bisnis ini ia
diharuskan untuk menanamkan uangnya sebesar 200 dolar dan akan berkembang cepat
jika ia juga mendapatkan 10 orang yang mau menanamkan uangnya juga seperti
halnya MLM, bisnis ini sangat simple karena juga bisa dimonitor dari internet.
Ia sebenarnya ragu tapi ia ikuti juga.
Daaannnn akhirnya ia
benar-benar tertipu, uang 200 dolar yang ia kumpulkan dengan susah payah raib.
Saat ia temui kantor dari “Success
Forever” sudah tidak ada ditempatnya dan berubah menjadi “Gone Forever”. Betapa kecewanya ia, uang
itu ia kumpulkan dari berpanas-panasan menyebar brosur, lari kesana kemari
menjadi pelayan dan florist tapi karena kebodohan dan kecerobohannya hilang
lenyap seketika. Saat itu ia bersumpah tidak akan percaya lagi dengan hal-hal
yang bersifat instan. Tidak ada hal yang besar yang diraih dengan mudah semua
butuh perjuangan dan pengorbanan. 200 dolar itu benar-benar memberinya
pelajaran berharga.
Praktek Kerja Yang Membuka Pikiran
Untuk memenuhi syarat
kelulusan, mahasiswa diwajibkan mengikuti praktek kerja di sebuah perusahaan
sesuai bidang minatnya. Di perusahaan inilah Merry Riana terbuka pikirannya.
Bekerja di perusahaan mapan mungkin memang aman bagi sebagian orang. Gaji
pertama dengan gelar sarjana sekitar 2500 dolar dikurangi pajak 20% tinggal
2000 dolar. Biaya kos sekitar 1000 dolar. Tinggal 1000 dolar, tentu ia ingin
menunjukkan hasilnya pada orang tuanya. Ia ingin mengirimi uang orang tuanya
500 dolar sisa 500 dolar belum lagi hutang pendidikan yang harus di cicil.
Terus kapan ia bisa menyenangkan orang tuanya dengan mengajak berjalan-jalan ke
luar negeri. Itu adalah impiannya sejak dulu. Membahagiakan orang tua adalah
cita-cita tertingginya.
Akhirnya ia membuat
resolusi ketika berulang tahunyang ke 20 “ Aku
harus bebas finansial sebelum berusia 30 tahun”. Begitu resolusinya dan itu
tidak dapat tercapai jika ia menjadi karyawan. Ia harus berbisnis walau pernah
gagal ia harus tetap mencari jalan suksesnya.
Bisnis Kedua
Bisnis kedua Merry Riana
adalah mencetak kaus yang dipakai dalam acara ekstrakurikuler dan mencetak
skripsi. Kebetulan saat itu ia sudah masuk semester 7. Mulailah ia dan Alva
hunting percetakan dengan harga yang “miring”.
Di kampus ia juga gencar berpromosi tentang bisnis keduanya. Tetapi ternyata
kenyataan tak seindah harapan. Sudah ada percetakan yang mempromosikan jasa ke
NTU dengan harga jauh lebih murah dari harganya. Akhirnya Merry dan Alva
mengubur harapannya berbisnis percetakan.
Bisnis ketiga Merry dan
Alva adalah Tianshi. Kebetulan saat itu Tianshi lagi marak di Indonesia.
Tianshi adalah suplemen makanan yang dipasarkan dengan cara MLM. Ada kabar
bahwa Tianshi akan membuka pemasaran di Singapura. Merry berfikir jika ia
menjadi yang pertama mempromosikan Tianshi maka ia berada di ujung teratas dari
jaringan Tianshi Singapura. Wuih bayangin aja berapa bonus yang akan ia
dapatkan jika itu benar-benar terwujud.
Segera Merry dan Alva
memborong produk Tianshi dari temannya di Indonesia sebesar 2.250 dolar atau
setara dengan 16 juta rupiah. Mereka berdua berfikir jika mereka memulai start
terlebih dahulu yaitu memperkenalkan produk serta sistem Tianshi ke
teman-temannya di Singapura sebelum dibukanya kantor Tianshi di Singapura maka
mereka akan lebih cepat meraih untung. Dari presentasi yang ia lakukan bersama
Alva, banyak teman-temannya yang tertarik untuk gabung. Ia jadi lebih
bersemangat. Bayangan kesuksesan sudah ada di pelupuk mata.
Harapan tinggallah
harapan, ternyata berita tentang Tianshi akan membuka cabang di Singapura
hanyalah rumor belaka. Menurut orang Tianshi penduduk Singapura terlalu sedikit
dan tidak sepadan dengan biaya perijinan serta operasionalnya. Beda dengan
Indonesia yang berpenduduk 200 juta jiwa lebih. Mendengar kabar itu, lunglai
langsung Merry Riana. Jika bisnis Success Forever ia kehilangan 200 dolar, maka
Tianshi lebih parah lagi, mereka kehilangan 2000 dolar lebih. 10 kali lipat
kerugian bisnis Success Forever.
Bertemu Anthony Robbins
Merry dan Alva sering berdiskusi
tentang orang-orang sukses di bidang bisnis dan motivasi. Anthony Robbins salah
satu idola mereka. Suatu hari ada kabar bahwa Anthony Robbins akan mengadakan
seminar besar-besaran di Singapura. Segeralah mereka membeli tiket seminar itu
yang ternyata berharga 2500 dolar untuk dua orang. Tak apalah mereka merogoh
kocek agak dalam demi mendapatkan motivasi langsung dari ahlinya. Toh mereka
selama ini hanya membaca dari buku saja.
Seminar dimulai dengan
sangat menakjubkan. Anthony Robbins adalah motivator yang sangat pandai
menyentuh hati yang terdalam. Dia mengatakan “ Kita hidup dibelenggu oleh
banyak alasan yang menumbuhkan perasaan takut. Pandanglah kedepan dengan fokus,
melangkahlah dengan cepat dan berani. Jangan pernah takut membentuk cita-cita.
Kita bisa! Kita sangat powerful! Tidak ada yang tidak mungkin jika kita
memiliki tekad dan keberanian. Buatlah mimpi yang besar dan bergeraklah dari
sekarang!” Begitu kata-kata yang meluncur dari Anthony Robbins.
Seketika itu seperti ada
dorongan kuat terhadap diri Merry Riana. Fokus perhatiannya hanya wajah Anthony
Robbins. Langsung Merry Riana berdiri dan berlari kencang menuju bibir panggung
tempat Anthony Robbins membakar semangat. Tetapi secepat kilat para body guard
menghentikan Merry Riana. “Sir tolonglah ini penting bagi hidup saya. Saya
ingin membuktikan kata-kata Anthony Robbins barusan bahwa dengan fokus pada
impian dan tekad bulat maka apapun itu pasti bisa tercapai. Saya ingin berfoto
dengan Anthony Robbins.” Begitu teriaknya pada penjaga. Perlu diketahui bahwa
Anthony Robbins sangat jarang sekali menerima seseorang berfoto dengannya.
Akhirnya setelah acara
selesai, dibelakang panggung Merry berhasil berfoto dengannya. Bertambah kuat
tekad Merry untuk sukses dalam hidup.
Kegagalan Berikutnya
Merry Riana adalah orang
yang tidak mudah putus asa. Setelah menghadapi berbagai kegagalan ia tetap
optimis untuk terus mencari jalan suksesnya. Memasuki semester terakhir awal
tahun 2002 Merry dan Alva tidak lagi disibukkan dengan kegiatan perkuliahan.
Pada suatu hari di kampus ada perlombaan Cashflow Game. Permainan ini
diciptakan oleh Robert Kiyosaki. Permainan ini seperti monopoli hanya saja
seperti benar-benar melakukan transaksi jual beli. Merry dan Alva sangat
menikmati permainan itu dan mereka keluar menjadi pemenang.
Terinspirasi oleh
permainan Cashflow. Mereka memutuskan untuk mempraktekkannya dengan berjual
beli saham. Mereka segera menghubungi pihak terkait dan menanamkan uang 2000
dolar hasil patungan dengan Alva. Mereka melakukan opsi jual dan beli. Pada
hari pertama mereka untung tetapi pada hari berikutnya mereka rugi..rugi dan
terus rugi. Akhirnya mereka malah menanggung kerugian sebesar 10.000 dolar atau
70 juta rupiah hasil pinjaman dari bank.
Sekuat-kuatnya mereka
optimis tetap saja hal itu membuat mereka down. Segala bisnis yang mereka coba
selalu gagal mulai dari success forever yang tertipu, bisnis penjilidan dan
percetakan, Tianshi bahkan sampai saham semua menanggung kerugian yang tidak
sedikit bahkan hampir menguras habis tabungan mereka. Satu-satunya kesuksesan
yang mereka rasakan adalah berhasil berfoto dengan Anthony Robbins. Apakah
memang mereka tidak berbakat berbisnis??
Lulus Kuliah
Pada bulan Juli 2002
Merry Riana dinyatakan Lulus dari Nanyang Technological University atau NTU
dengan predikat Second Upper Honours dengan nilai-nilai yang gemilang. Walaupun
sehari-harinya Merry sibuk dengan berbagai pekerjaan dan bisnis, Merry tetap
bertanggung jawab dengan studynya. Hal ini membuat orang tuanya semakin bangga.
Saat itu mamanya bertanya
“ Lalu apa rencanamu Ria? (panggilan Merry Riana dalam keluarga)”. ” Ria akan
berbisnis, Ma.” Jawabnya “Bisnis apa nak?” mamanya bertanya lagi. “Sales...
tapi belum tahu apa.” Jawab Merry Riana. “Apa?? Sales?? Kamu sekolah jauh-jauh
dan lulus dengan nilai yang baik ujung-ujungnya jadi sales? Mau jadi apa kamu
kelak nak.” Mamanya mulai menangis. Demi menenangkan mamanya, akhirnya Merry
mencari jalan tengah bahwa ia akan mencoba berbisnis selama 3 bulan, jika
menunjukkan tanda sukses dia akan meneruskan. Tetapi jika gagal dia akan
melamar pekerjaan sesuai kehendak mamanya.
Menjai Sales
Merry Riana sadar dirinya
akan ditertawakan teman-temannya tentang pilihannya. Merry memutuskan untuk
menjadi sales produk keuangan. Pertama Merry harus menghubungi 100 orang setiap
harinya dan menawarkan produknya. Ternyata hal ini tidak cukup efektif
mengingat dari 100 orang yang mau menginvestasikan dananya hanya 1 orang bahkan
kadang tidak ada. Akhirnya Merry memutuskan untuk street prospecting yaitu
berjuang dijalan. Mengingat budaya Singapura yang sering berjalan kaki menuju
tempat kerja entah itu bos atau pegawai biasa maka prospek di jalan adalah
pilihan yang strategis.
Merry dan Alva memilih
stasiun MRT. Merry mulai menemui setiap orang dan menjelaskan produk
keuangannya. Dari 10 orang yang ditawari 1 mau menjelaskan lebih lanjut. Alva
bagian mencatat data orang tersebut. Setelah dilakukan berulang ulang akhirnya
terbentuklah rumus dari 20 orang yang di tawari 2 bersedia mendengarkan lebih
lanjut dan 1 bersedia invest atau gabung asuransi atau kartu kredit.
Setiap hari Merry dan
Alva melakukan 20 presentasi, mengejar-ngejar orang agar mau mendengarkan
presentasi mereka. Sering diacuhkan orang, ditolak mentah-mentah. Dan yang
paling membuat down adalah saat kepergok dengan teman sesama alumni NTU
pastinya temannya akan mencibirnya. Pekerjaan ini rentan down, sering Merry
menangis karena perlakuan prospek atau karena merasakan lelah yang begitu
dahsyatnya. Betapa tidak, ia harus mulai mengejar klien, memberi presentasi
dari pagi sampai lewat tengah malam. Menghadapi penolakan yang sering
menyakitkan hati dan mempertaruhkan harga diri. Tapi banyak juga yang memberi
respons positif dan akhirnya deal.
Ada cerita menarik.
Ketika ia sedang menawari temannya, Luki, temannya langsung setuju tetapi belum
deal. Ternyata temannya menelepon ibunya dan si ibu temannya ini menelepon ibu
Merry Riana di Indonesia. Ibu temannya mengatakan bahwa Merry sering memaksa
Luki untuk ikut asuransinya danitu sangat mengganggunya. Akhirnya mama Merry
Riana langsung menelepon anaknya di Singapura sambil menangis menahan malu agar
Merry menyudahi bisnisnya dan melamar pekerjaan saja. Kontan itu membuat Merry
menjadi sangat terpukul. Tetapi Merry sadar bahwa itu semua adalah proses yang
membuatnya sukses di kemudian hari.
Bulan pertama ia mendapat
bonus 500 dolar, bulan kedua tidak jauh beda. Bulan ketiga ia dan Alva tancap
gas. Merry semakin agresif melakukan presentasi karena ini adalah pembuktian
janjinya kepada orang tuanya.
Memenuhi target 20
presentasi sehari sangatlah berat karena fisik dan harga diri semakin tertekan.
Pernah suatu hari karena sudah tidak kuat menahan dinginnya malam dan deraan
rasa lapar ia ingin menyudahi hari itu padahal baru 15 kali ia presentasi
tetapi Alva langsung menolak “ Kita tidak boleh kendur dengan ritme kerja kita.
20 presentasi setiap hari terbukti menghasilkan 1 klien. Jika kita kendur maka
akan semakin jauh target kita.” “Kamu bisa mengatakan itu, karena kamu tidak
merasakan letih berdiri mencari klien,” sahut Merry. Perlu diketahui bahwa
Merry Riana dan Alva Tjenderasa bekerja untuk produk keuangan Prudential adalah
satu tim, Merry bagian yang mencegat klien dan presentasi jadi dia yang lebih
berat tugasnya secara fisik sementara Alva mengamati dari jarak 5-10m, jika ada
klien yang deal maka Alva bagian closing dan mengurus berbagai
adaministrasinya, Alva juga yang mengurus bagian strategi dalam menghadapi
klien. Jadi mereka berdua tidak jalan sendiri-sendiri. Maka pastilah jika
secara fisik dan mental Merry jauh lebih sering mengalami down.
Alva menjawab kekesalan
Merry “Ya sudah, aku ketat dengan disiplin ini karena teringat pada kejadian
yang membuatmu sedih. Apakah kamu sudah lupa bagaimana ibunya Luki mempermalukan
ibumu? Apakah kamu ingin ibumu direndahkan terus. Apakah kamu tidak ingin
segera membahagiakan mereka dan membuktikan ke teman-teman kuliah kita bahwa
kita bisa berhasil lebih dari mereka?” Mendengar klimat Alva yang panjang
lebar, semangat Merry kembali membara. Merry bangkit lagi dan menemui orang
yang berhamburan keluar dari bis terakhir, berharap mendapat 2-3 nasabah lagi.
Saat itu mereka lagi prospecting di halte bus. Selarut itu mereka masih
berjuang mendapatkan nasabah guna menjalankan disiplin ketat 20 presentasi per
hari.
Begitu ketatnya disiplin
yang mereka jalankan. Anda bisa bayangkan, tengah malam, disaat semua orang
terlelap tidur dan menikmati nyamannya malam, mereka masih bekerja mendapatkan
nasabah! Itu bukan kegilaan itu adalah disiplin, tekad dan kebulatan hasrat
untuk berjuang sampai batas maksimal. Benar memang, jika mereka kendur pada
disiplin, maka hal itu akan mudah terulang di hari-hari yang lain. Itu akan
membuat mereka jauh dari mimpi yang mereka idamkan. Kebebasan finansial sebelum
30 tahun.
Begitulah hari-hari
mereka diisi oleh kerja keras, berdoa dan kerja keras. Bekerja sebagai sales
produk keuangan, jika ingin mendapat penghasilan tetap setiap bulannya maka
mereka harus mencapai level manajer selama 3 tahun berturut-turut yaitu setiap
tahun harus mengumpulkan nasabah dengan jumlah total investasi minimal 100 ribu
dolar, kebanyakan orang mau berinvestasi sekitar 100 dolar per orang jadi Merry
harus mencari nasabah tiap tahunnya 1000 orang . Barulah ia bisa merasakan pendapatan
tetap seperti teman kuliahnya tetapi tentu nominal gajinya berkali lipat jauh
lebih besar Merry.
Menjadi Manajer
Bulan Desember 2002
adalah bulan penentuan, selain itu adalah bulan ketiga dari janjinya ke
mamanya, bulan itu juga bulan terakhir seorang sales produk keuangan mencapai
targetnya karena dibulan itu jika total seluruh investasi kliennya mencapai 100
ribu dolar maka di tahun 2004 jabatannya meningkat menjadi manajer. Itu artinya
ia sudah bisa mendapatkan penghasilan tetap tiap bulannya, bisa merekrut anak
buah dan mendapat passive income dari sebagian hasil anak buahnya, kurang lebih
seperti MLM cuman lebih ketat peraturannya.
Di bulan Desember itu
total investasi nasabah yang diperoleh Merry adalah 75 ribu dolar dan waktu
yang tersisa hanya 2 minggu. Merry pasrah tapi tetap melakukan disiplinnya 20
presentasi per hari dan minimal 1 deal per hari. Ada sebuah peristiwa ajaib
yaitu ada seorang nasabah yang bersedia menginvestasikan dananya sebesar 300
dolar, itu adalah 3 kali lipat dari investasi rata-rata nasabah. Betapa
girangnya hati Merry namun apa boleh dikata ternyata di sore hari saat mau deal
sang nasabah membatalkan investasinya. Okelah tak apa, Merry tak putus asa, dia
melanjutkan disiplinnya untuk berpresentasi ke 20 orang per hari.
Keesokan harinya ada
seorang nenek 60 tahun yang tertarik untuk berinvestasi, Merry mengira mungkin
sang nenek akan berinvestasi 100 dolar. Tetapi betapa terkejutnya Merry saat
sang nenek menyodorkan dana sebesar 100 ribu dolar. Seketika itu melonjaklah
hati Merry target tahun2002 terpenuhi. Yakinlah ia bahwa itu adalah keajaiban
Tuhan. Mukjizat! Ya benar jika kita sudah melakukan sesuatu secara maksimal
maka Tuhan pasti akan membantunya melalui mukjizat yang IA turunkan.
Hampir bisa dipastikan
Merry akan mencapai level manajer di tahun 2004. Rekan sesama sales banyak yang
terkejut dengan pencapaian ini. Seorang sales baru, masih muda pula, berhasil
mencapai target yang mencengangkan.
Melunasi Hutang Pendidikan
Suatu siang di bulan
April 2003, Merry mengecek saldo tabungannya ada 40 ribu dolar, ia teringat
akan hutang pendidikannya sebesar 40 ribu dolar. Segera ia menuju DBS bank yang
memberinya pinjaman dana pendidikan dan melunasinya saat itu. Sebetulnya
pemerintah Singapura memberi kelonggaran untuk mencicil melalui pemotongan gaji
setiap bulan, tapi menurut Merry segera terbebas dari hutang akan lebih baik
dan lebih lega. Jadi belum genap 1 tahun usia kelulusan Merry, ia sudah bisa
melunasi hutangnya dari hasil kerja kerasnya sendiri tanpa dibantu orang tua.
Menjadi President Star Club
Seorang sales produk
keuangan, jika bisa meraih pencapaian yang mencengangkan akan dinobatkan
menjadi President Star Club yaitu sebuah penghargaan prestisius dan diakui
dunia bahwa dia adalah sales yang sangat hebat sekali. Tahun 2004 adalah tahun
yang dinamis bagi Merry Riana. Selain mencapai level manajer, ia juga
dinobatkan menjadi President Star Club. Selain mendapat gelar pencapai target
terbaik untuk kategori sales baru dan kategori seluruh jajaran sales senior,
Merry juga menjadi seorang sales dengan jumlah nasabah terbanyak. Ini
membuktikan bahwa total investasi itu diraih Merry dengan mengumpulkan banyak
nasabah bukan karena ia kenal dengan orang-orang kaya yang berinvestasi
langsung banyak.
Banyak orang bertanya apa
rahasia kesuksesannya, ia menjawab “ Aku bekerja 14 jam sehari, tujuh hari
dalam seminggu, 20 kali presentasi sehari dan selalu belajar trik khusus
menghadapi calon nasabah. Tapi diatas semua itu aku fokus pada resolusiku, aku
ingin bebas finansial sebelum usiaku 30 tahun.” Saat itu ditahun 2004, 2 tahun
lebih 3 bulan ia menjadi sales, Merry telah mendapat penghasilan tetap satu
miliar rupiah lebih per tahun. Itu gaji yang jauh melampaui teman-teman
kuliahnya yang rata-rata 20 juta rupiah per bulan atau hanya 200-300 juta
rupiah per tahun.
Meraih 1 Juta Dolar Pertama
Keberhasilan Merry di
ranah sales ternyata memang mencatat pencapaian yang fantastis. Sebenarnya
Merry sendiri kurang menyadari hal itu karena terlalu fokus pada disiplinnya.
Ya walaupun Merry sudah mencapai targetnya, ia masih tetap menjalankan disiplin
ketatnya. Hal itulah yang membuat Merry tak menyadari pencapaiannya yang
fantastis ketika dibandingkan dengan sales lain yang lebih senior sekalipun.
Etos kerja keras dan
fokus itulah harga mati dari segala pencapaian ini. Pencapaian demi pencapaian
kemudian mengalir seperti mukjizat. Pada tahun 2006, penghasilan Merry Riana
telah menembus 1 juta dolar atau 10 miliar rupiah. Fantastis. Merry dinobatkan menjadi
profesional termuda dengan penghasilan besar di Singapura.
KATA-KATA MUTIARA MERRY RIANA
§ Berpikir positif adalah pekerjaan
yang mudah, yang Anda perlukan hanyalah ‘jangan berpikir negatif’.
§ Hidup ini seperti mengendarai
sepeda. Kita akan melaju terus, selama kita masih mengayuh pedalnya.
§ Berubahlah sebelum perubahan itu
yang akan memaksa Anda.
§ Hidup mungkin penuh dengan
masalah. Tapi selama kamu memberikan yang terbaik & terus berdoa, segalanya
akan indah pada waktunya.
§ Berikan senyuman termanismu walau
saat terpedih di hatimu, setidaknya kamu masih bisa membahagiakan orang-orang
di sekitarmu.
§ Lakukan kebaikan dan kebaikan-Nya
pun akan semakin terasa.
§ Jangan hanya puas jadi penonton
dan komentator. Jadilah sutradara dan pemain.
§ KESEMPATAN sudah menunggu lama di
depan kita. Cepat bergerak, sebelum orang lain datang menjemputnya.
§ Kenikmatan & penderitaan
hanya sementara. Jangan terhanyut oleh kenikmatan sementara jangan menyerah
karena penderitaan sementara.
§ Jika kita menunggu sampai semua
keadaan sudah sempurna baru kita mengambil tindakan, mungkin kesempatannya
sudah hilang.
§ Jika kita bersalah pada orang
lain akui kesalahan dan minta maaf. Jika orang lain bersalah pada kita: dengar
dan maafkan.
§ Jangan meremehkan hal-hal kecil.
Hal-hal besar hanya bisa tercapai dengan mencapai hal-hal kecil itu terlebih
dahulu.
§ You Can Take Me Out From
Indonesia, But You Can Never Take Indonesia Out From Me.
BIODATA MERRY RIANA
Nama : Merry Riana
TTL : Jakarta, 29 Mei 1980
Agama : Katolik
Profesi : Consultant,
Pendiri dan Pemimpin MRO (Merry Riana Organization), Motivator dan Inspirator
Wanita No 1 Asia, Penulis buku
Nama Suami : Alva
Tjenderasa
Nama Ayah : Ir.
Suanto Sosro saputro
Nama Ibu : Lynda
Sanian
Pendidikan :
S1-Nanyang Technological University Singapura
PENGHARGAAN YANG DITERIMA MERRY
RIANA
· Star Club President
· Top Rookie Consultant of the Year Award
· Top Rookie Manager of the Year Award
· Top Manager of the Year Award
· Agency Development Award
· Nanyang Outstanding Young Alumni Award oleh Rektor NTU
· Penghargaan Dari Menteri Tenaga Kerja Singapura, Mr Gan Kim Yong
· Spirit of Enterprise Award oleh Mr. Lee Yi Shyan, Menteri Perdagangan dan
Industri Singapura
· Top 5 Most Gorgeous Female
· My Paper Executive Look Reader’s Choice Award
· Great Women of Our Time Award oleh Mrs. Yu Foo Yee Shoon, Menteri
Pengembangan Masyarakat, Pemuda dan Olahraga Singapura
BUKU TENTANG MERRY RIANA YANG
BEST SELLER
1. A Gift From a Friend yang diterjemahkan dalam 7 bahasa yaitu Indonesia,
Inggris, Mandarin, Melayu, Vietnam, Tagalog dan Myanmar
2. Mimpi Sejuta Dolar
3. Dare to Dream Big
Sumber : http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.com/2013/06/biografi-merry-riana-motivator-wanita_4388.html
Merry Riana
Seorang mahasiswi dengan ekonomi pas-pasan, anak muda Indonesia ini telah menjelma menjadi miliuner muda dan diakui sebagai pengusaha sukses, motivator wanita nomor 1 di Asia yang sangat dinamis, serta pengarang buku terlaris di Singapura. Melewatkan masa kuliah yang penuh keprihatinan finansial di Nanyang Technological University, Merry kemudian menciptakan perubahan paradigma berpikir dan memulai suatu perjuangan dengan konsep dan etos kerja luar biasa. Akhirnya, dia berhasil meraih penghasilan 1 juta dolar di usia 26 tahun.
Hello Epribadeh hehe ....
Emangnya siapa sich Merry Riana? Ada apa dengan Merry Riana? Oke langsung aja ye CEKIDOT .
KISAH PERJUANGAN MERRY RIANA
Kisah ini berawal dari
gagalnya Merry Riana masuk Universitas Trisakti. Bukan karena Merry Riana bodoh
akan tetapi ini disebabkan adanya kerusuhan di bulan Mei tahun 1998. Orang tua
beliau (Merry Riana) khawatir kerusuhan akan berkepanjangan dan mengancam
keselamatannya. Akhirnya orang tua beliau memutuskan untuk memasukkannya ke NTU
(Nanyang Technological University) di Singapura.
Merry Riana bukan berasal
dari keluarga bangsawan yang kaya-raya, bukan pula anak dari taipan sukses.
Beliau hanyalah anak dari seorang pegawai perusahaan yang telah resign dari
perusahaannya dan mendirikan bisnis kecil-kecilan. Jadi tak pernah sedikitpun
Merry Riana akan berkuliah di luar negeri dan orang tuanya pun tak pernah bersiap-siap
dari segi dana untuk megkuliahkan anaknya di Singapura. Baginya kuliah di
Singapura adalah dobrakan terbesar dalam hidupnya. Ia akan tinggal terpisah
jauh di negeri orang dan jauh dari keluarga. Perlu diketahui bahwa Merry Riana
adalah anak rumahan yang sangat nyaman sekali dan sangat butuh perlindungan
keluarganya. Kehidupannya sejahtera dan sangat terlindungi. Rumah adalah
pelabuhan damai untuknya.Tahu-tahu harus mau untuk terpisah jauh dari keluarga
dan harus menghadapi kehidupan diluar sana yang entahlah bagaimana warnanya.
Sebenarnya Merry sangat ingin sekali untuk tidak jadi berangkat dan kuliah di
Trisakti saja. Tetapi apa boleh dikata kerusuhan Mei 1998 sangat menimbulkan
ketakutan terutama bagi warga keturunan Tionghoa. Kebetulan Merry Riana
berdarah Tionghoa. Akhirnya terpaksa ia menyetujui usulan orang tuanya.
Kenapa NTU yang dipilih?
Karena NTU menyediakan fasilitas kredit bagi biaya pendidikan bekerja sama
dengan DBS (Development Bank of Singapore). Sehingga mahasiswa yang ingin kuliah
disana tetapi budgetnya pas-pasan tidk perlu pusing memikirkan biaya awal.
Utang dicicil saat mahasiswa lulus dan telah bekerja.
Tibalah Saat Keberangkatan ke Singapura.
Dengan bekal yang sangat minim, uang saku yang tak seberapa dari orang tua, pakaian sehari-hari, mie instan, teh, gula, kopi dan kebutuhan sehari-hari, berangkatlah Merry Riana dengan hati yang galau. Entahlah apa yang terjadi dengan nya disana, esok hari dan selanjutnya. Baginya ini benar-benar tak pernah ada dalam agenda hidupnya. Sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Singapura pikirannya dipenuhi bermacam kekhawatiran. Sebentar ia memikirkan keluarganya di Jakarta takut jika kerusuhan tak kunjung selesai dan keluarganya ada yang jadi korban, sebentar ia memikirkan dirinya sendiri di negeri orang dengan bekal pas-pasan dan uang kuliah hutangan. Belum lagi menurut berita Singapura adalah negeri yang tak mentolelir kesalahan sekacil pun. Pernah suatu ketika ada orang asing yang mencoret dinding maka ia dikenakan hukuman cambuk. Bener bener carut marut pikirannya saat itu.
Dengan bekal yang sangat minim, uang saku yang tak seberapa dari orang tua, pakaian sehari-hari, mie instan, teh, gula, kopi dan kebutuhan sehari-hari, berangkatlah Merry Riana dengan hati yang galau. Entahlah apa yang terjadi dengan nya disana, esok hari dan selanjutnya. Baginya ini benar-benar tak pernah ada dalam agenda hidupnya. Sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Singapura pikirannya dipenuhi bermacam kekhawatiran. Sebentar ia memikirkan keluarganya di Jakarta takut jika kerusuhan tak kunjung selesai dan keluarganya ada yang jadi korban, sebentar ia memikirkan dirinya sendiri di negeri orang dengan bekal pas-pasan dan uang kuliah hutangan. Belum lagi menurut berita Singapura adalah negeri yang tak mentolelir kesalahan sekacil pun. Pernah suatu ketika ada orang asing yang mencoret dinding maka ia dikenakan hukuman cambuk. Bener bener carut marut pikirannya saat itu.
Akhirnya pesawat mendarat
di bandara Changi Singapura pada malam hari. Pemandangan Singapura tampak
cantik. Apalagi saat melewati Orchard. Ia ingat pernah berlibur dengan
keluarganya di sini, makan enak dan berbelanja. Saat itu ia berpikir alangkah
beruntungnya ia bisa berlibur ke negara ini dengan uang yang cukup, sebab
negeri itu memiliki magnet belanja yang sangat menggoda. Ia tidak pernah
menduga jika saat ini kembali ke Singapura bukan dengan uang segebok tapi justru
dengan setumpuk mie instan, kopi, gula dan setumpuk kegalauan di dada.
Saat sampai di area
kampus, rombongan memutuskan untuk menuju ke kantin. Saat itu masih ada kantin
yang buka, segera saja rombongan termasuk Merry Riana memesan nasi goreng dan
dengan cepat mereka menghabiskan nasi goreng tersebut. Saat membayar harganya,
Merry Riana sangat terkejut karena nasi goreng tanpa tambahan lauk daging atau
telor harganya $ 2. Itu artinya harga nasi goreng yang sangat-sangat sederhana
itu jika di kurskan ke rupiah adalah Rp20.000,- (saat itu kurs rupiah terhadap
dolar sudah naik sedemikian tajam, yang semula $1 = Rp.2500,- menjadi Rp
10.000,-). Mungkin 20 ribu bukanlah apa-apa bagi yang punya uang, tetapi bagi
Merry Riana yang datang dan berkuliah di situ dengan bekal yang minim dan
kuliah dengan uang hutang tentulah ini problem yang besar. Ingin rasanya ia
tidak jadi beli nasi goreng itu dan memilih memasak mie instan saja tapi tentu
saja itu tidak boleh.
Hari Pertama di NTU
Selama kuliah di NTU
Merry Riana akan bertinggal di asrama. Asrama NTU sangatlah mendukung mahasiswa
untuk konsen belajar. Mulai dari bangunannya sampai pemandangan yang begitu
indah layaknya di villa. Ini membuat pikiran Merry yang tegang agak rileks. Pagi
pertama begitu mengesankan, pemandangan NTU yang asri sangat menentramkan hati.
Merry membuat sarapannya yang pertama yaitu mie instan. Ia belum menyangka jika
hari-hari selanjutnya sarapannya akan diisi oleh mie instan dan mie instan.
Hari itu ia dan sejumlah
calon mahasiswa harus mengurus pinjaman di DBS sebagai biaya kuliah lalu
dilanjutkan mengurus administrasi perkuliahan. Dari DBS (Development Bank of
Singapore) ia menerima pinjaman sebesar 300 juta rupiah jika di kurskan di mata
uang Indonesia. Uang sejumlah itu akan digunakan untuk pembayaran kuliah sampai
lulus, biaya sewa asrama dan uang saku. Biaya sewa asrama dan uang saku
diberikan setiap enam bulan sebesar 1500 dolar Singapura. Itu berarti 250 dolar
per bulan dikurangi sewa asrama 180 dolar sisa 70 dolar. Biaya buku, fotokopi
dan lain-lain mencapai 30 dolar sisa 40 dolar. Hah... Merry langsung lemas
karena itu artinya ia harus hidup dengan uang 40 dolar sebulan atau 10 dolar
seminggu, sedangkan harga nasi goreng polos saja harganya 2 dolar, dengan uang
10 dolar ia bisa membeli 5 kali nasi goreng, sedangkan ia harus makan 3 kali
sehari 27 kali seminggu. Bertambah puyeng lah ia. Ingin rasanya ia mengadukan
hal ini ke orang tuanya, mengatakan jika ternyata uang pinjaman DBS dan uang
saku dari papanya tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya. Ya ia
harus bilang ke mamanya bahwa ia butuh uang saku lebih.
Segeralah Merry menelepon
orang tuanya dan... sebelum ia mengutarakan uneg-unegnya keduluan mamanya
memberitahunya bahwa ia harus berhemat dengan uang yang ada karena papanya
sudah tidak bekerja lagi di perusahaan dan bisnis yang selama ini dikelola
sedang lesu dampak krismon. Tak tegalah ia mengutarakan uneg-unegnya, ia
membayangkan bagaimana nanti susahnya orang tuanya jika ditambahi beban keuangan
dirinya sedangkan masih ada dua adiknya yang membutuhkan biaya lebih.
Kekuatan Sepuluh Dolar Seminggu
Oke jelaslah sudah apa
yang akan terjadi padanya selanjutnya. Ya! Ia harus berjuang dengan sepuluh
dolar seminggu. Uang sepuluh dolar seminggu di Singapura adalah jumlah yang
membuat orang lemas jika diharuskan bertahan hidup dengan itu. Jangankan di
Singapura, di Indonesia saja sepuluh dolar seminggu atau 100 ribu jika di
kurskan rupiah bukanlah jumlah yang mewah untuk makan. Tapi justru inilah konstruksi
untuk sukses besar Merry Riana dikemudian hari. Ya! Kekuatan sepuluh dolar
seminggu.
Lalu bagaimana strategi
bertahan hidup dengan $ 10 seminggu? Begini pada akhir pekan ia ke ATM,
mengambil 10 dolar. Kemudian dibelilah roti tawar besar diiris-iris yang akan
menjadi bekalnya ke kampus setiap siang. Setiap pagi ia sarapan dengan mie
instan. Kadang ia tidak sarapan jika mie instan habis. Sering ia merasa
kelaparan di kampus karena sebuah mie instan tidaklah cukup untuk menyokong
energinya menghadapi aktivitas perkuliahan yang berat. Karena ia sering makan
mie instan sering teman asramanya menegornya bahwa mie instan tidak baik
dikonsumsi terlalu sering, tapi Merry hanya tersenyum tipis membalasnya. Yang
paling susah adalah menolak ajakan teman untuk kekantin. Tentunya tidak enak
jika minta ditraktir karena mereka sama-sama mahasiswa dan belum
berpenghasilan. Sesekali ia menerima tawaran temannya dan ia hanya memesan nasi
dengan lauk sayur tahu tanpa daging, ikan ataupun ayam, temannya menegor apa ia
bisa makan tanpa lauk (di Singapura tahu termasuk sayuran bukan lauk), Merry
hanya menjawab bahwa ia tidak suka daging.
Dan tahukah teman
bagaimana ia mensuplai kebutuhan minumnya? Di kampusnya ada keran air yang
layak minum tetapi sangat jarang sekali mahasiswa yang minum dari situ karena
tentu saja gengsi. Merry mengambil air dari situ, ia pindahkan airnya ke botol
air mineral dan ia bawa pulang ke asrama. Pernah ia kepergok mahasiswa lain dan
tentu saja mahasiswa tersebut terheran-heran melihat seorang gadis menampung
air dari keran yang biasanya untuk cuci tangan tetapi buat minum, tetapi Merry
pura-pura tidak melihatnya. Sangat berat sekali ia menghadapi hari-harinya.
Sungguh betapa nelangsanya, tapi ia harus kuat.
Selain harus ngirit
sengirit-ngiritnya dengan sepuluh dolar seminggu, ia juga diharuskan untuk
tetap berkonsentrasi belajar karena berkuliah di NTU menuntut konsentrasi yang
penuh. Beban kuliah yang begitu berat benar-benar menguras energi dan pikiran.
Perlu diketahui Merry Riana memilih jurusan Teknik Elektro dan itu bukanlah
jurusan yang ringan, belum lagi ia diharuskan ikut kelas bahasa inggris (karena
bahasa inggrisnya jelek sekali) dan jika berkali-kali failed maka ia harus drop
out dari perkuliahan.
Pekerjaan Pertama
Satu tahun terlewati dengan
hari-hari yang begitu berat. Sesuatu yang sering dipikirkan oleh Merry Riana
adalah bagaimana dengan hari esok? Apa yang harus dilakukan agar kesulitan ini
tidak berkepanjangan? Ia harus bekerja, tetapi ia bingung pekerjaan apa karena
ia masih kuliah. Segeralah ia hunting pekerjaan dan ia memutuskan untuk menjadi
penyebar brosur biro jodoh. Pekerjaannya sangat mudah, ia hanya perlu
membagikan brosur ke orang-orang yang lalu lalang di jalanan se banyak mungkin
tanpa harus menjelaskan apa isi brosurnya. Akan tetapi pekerjaan ini sangatlah
menusuk harga diri, bagaimana tidak sering orang menolak mentah-mentah dan
membuang brosur yang ia bagikan bahkan ada juga yang sengaja berlari kecil
menghindar darinya. Merry begitu terpukul, sehina itukah dirinya. Bukankah
hanya menerima brosur dan meletakkannya di tas dan jika ingin membuangnya tidak
dihadapan si penyebar brosur kan juga bisa, toh brosur itu ukurannya tidak
terlalu besar. Itung-itung berempati dengan perasaan orang yang menyebarkan
brosur.
Ia istirahat sejenak, ia
mengobrol dengan teman sesama penyebar brosur. Temannya memberi saran bahwa
menyebar brosur ya menyebar brosur tak usah pedulikan bagaimana tanggapan
orang-orang, yang tidak mau tak usah diambil hati. Tak ada niat menyakiti dari
orang yang menolak brosurnya. “Hidup ini berat, jangan cengeng”. Begitu nasihat
temannya. Merry jadi lebih kuat dan ia melakukannya lagi. Toh yang penting ia
harus dapat uang.
Hari pertama bekerja
selama lima jam ia mendapat bayaran 15 dolar. Ia sangat girang. Ia langsung
membeli minuman yang enak dan membeli nasi lauk daging. Ia begitu bahagia
menikmati hasil kerjanya yang pertama. Setiap hari selama libur semester ia
habiskan untuk menyebar brosur. Tiap hari ia bisa menabung. Akan ada banyak
keperluan di semester mendatang dan ia tidak perlu menunggu kiriman dari orang
tua sepeserpun.
Pekerjaan ini bukannya
tidak pernah membuatnya disergap perasaan mellow. Disaat-saat tertentu karakter
lamanya sebagai gadis yang merasa aman dalam dekapan keluarga kerap muncul saat
merasa letih karena tuntutan kerja yang keras karena kondisi finansial yang
sulit. Tapi kemudian bisa ditepis dengan keyakinan bahwa Mood yang buruk getarannyaakan ditangkap semesta dan berbalik dalam
suasana yang tidak enak. Bangkitlah kembali spiritnya.
Pekerjaan membagikan
brosur membuat Merry Riana bisa menabung sedikit demi sedikit setiap harinya.
Setidaknya ia tidak hanya mengandalkan 10 dolar per minggu untuk biaya hidup.
Paling tidak ini lebih menentramkan pikiran. Benar-benar peningkatan, dari
gadis yang damai dalam dekapan keluarga kini menjadi wanita yang tidak hanya
tegar tetapi juga berani menghadapi tantangan.
Pekerjaan menyebar brosur
tidak seterusnya ia lakoni. Ia juga mencari tahu pekerjaan lain yang lebih
ringan dengan gaji yang lebih tinggi. Salah satunya menjadi pelayan di toko
florist yang ada di sebuah gedung perkantoran, disini ia ditugaskan untuk
mengatur bunga selain itu ia juga ditugaskan memberikan brosur di setiap kantor
dan mencatat nomor telponnya. Ini tantangan baru karena sering resepsionis
tidak mau memberi nomor telpon mereka dengan alasan kartu namanya habis, namun
Merry tidak kehilangan akal, ia mengatakan kalau ia bisa mencatatnya di kertas.
Akhirnya resepsionis memberikan nomor kontak mereka walau dengan wajah agak
kesal. Hal ini memberikan pelajaran padanya bahwa orang tidak boleh menyerah
dan harus banyak akal.
Pernah juga ia menjadi
pelayan pesta. Tiap sabtu dan minggu jadwal perkuliahan libur jadi ia gunakan
itu untuk bekerja. Ia harus datang tiap akhir pekan yaitu sabtu atau minggu
kadang juga keduanya mulai pukul enam petang sampai sebelas malam. Yang
menyesakkan dada adalah pada pukul 11 malam mau pulang, pelayan harus berkumpul
di ruang belakang menunggu supervisor datang untuk membagikan upah sebesar 25
dolar dan setelah itu ia harus berlari kencang mengejar jadwal kereta MRT yang
terakhir jika tidak walhasil ia tidak bisa kembali ke asrama. Sering ia sampai
asrama pukul 1 dini hari. Ada lagi yang membuat mengelus dada di pekerjaan ini
adalah sering makanan enak-enak dibuang setelah pesta dan para pegawai termasuk
pelayan dilarang mengambil apalagi dibawa pulang. Bisa dibayangkan bagaimana
merintihnya perut melihat makanan yang super enak dibuang. Sedangkan Merry
sendiri ingin kesehariannya makan dengan nasi dan lauk daging saja sangat
sulit.
Bertemu Sang Pujaan Hati
Ditengah-tengah kuliah,
kerja dan pergumulan finansialnya, Merry selalu menyempatkan diri untuk
mendekatkan dirinya dengan Sang Khalik. Merry Riana adalah Nasrani yang sangat
taat. Ia selalu percaya bahwa dibalik segala kesusahan yang ia hadapi ini pasti
Tuhan telah merencanakan sesuatu yang besar untuknya kelak. Orang tuanya
terutama mamanya selalu berpesan “
Serahkanlah semuanya pada Tuhan , dan Dia akan memberikan jalan padamu.
Yakinlah bahwa semua akan indah pada waktu-Nya. Dia akan menunjukkan jalan
selangkah demi selangkah menuju kebaikanmu”.
“Di dalam hidup ini, kita tidak bisa berharap segala yang kita dambakan bisa
diraih dalam sekejap. Lakukan saja perjuangan dan terus berdoa, maka Tuhan akan
menunjukkan jalan-Nya”. Itulah kata-kata yang selalu dipegang oleh Merry
Riana. Setiap akhir pekan ia selalu pergi ke gereja yang berada di dekat
kampusnya dan ia berdoa dengan sangat khusyuk mengadukan segala keluh kesah
yang ia hadapi bahkan sering sampai menangis.
Di kampusnya ia juga
aktif mengikuti kegiatan keagamaan. Disinilah ia menemukan seseorang dengan
latar belakang yang mirip dengannya. Seorang mahasiswa yang harus meninggalkan
Indonesia dan berkuliah ke luar negeri karena alasan yang kurang enak yaitu
“kerusuhan Mei 1998”. Mahasiswa itu bernama Alva Tjenderasa. Merry Riana dan
Alva Tjenderasa akhirnya berteman dan mereka sering ngobrol bareng. Alva sering
membaca buku-buku motivasi dan pengembangan diri seperti Robert Kiyosaki dan
Anthony Robbins. Mereka berdua sering membahas isi dari buku-buku itu dan
memadukannya dengan realita yang sedang mereka hadapi.
Mulai Berbisnis
Merry Riana masih tetap
menjalankan pekerjaan part time saat liburan semester dan akhir pekan. Hasil
dari pekerjaannya ia tabung sedikit demi sedikit dan akhirnya terkumpullah
beberapa ribu dolar. Merry mulai berfikir untuk memutar uangnya. Ia berdiskusi
dengan Alva kira-kira bisnis apa yang cocok untuknya. Suatu hari seorang
temannya menawarinya sebuah bisnis yang sangat menggiurkan yaitu “Success Forever” di bisnis ini ia
diharuskan untuk menanamkan uangnya sebesar 200 dolar dan akan berkembang cepat
jika ia juga mendapatkan 10 orang yang mau menanamkan uangnya juga seperti
halnya MLM, bisnis ini sangat simple karena juga bisa dimonitor dari internet.
Ia sebenarnya ragu tapi ia ikuti juga.
Daaannnn akhirnya ia
benar-benar tertipu, uang 200 dolar yang ia kumpulkan dengan susah payah raib.
Saat ia temui kantor dari “Success
Forever” sudah tidak ada ditempatnya dan berubah menjadi “Gone Forever”. Betapa kecewanya ia, uang
itu ia kumpulkan dari berpanas-panasan menyebar brosur, lari kesana kemari
menjadi pelayan dan florist tapi karena kebodohan dan kecerobohannya hilang
lenyap seketika. Saat itu ia bersumpah tidak akan percaya lagi dengan hal-hal
yang bersifat instan. Tidak ada hal yang besar yang diraih dengan mudah semua
butuh perjuangan dan pengorbanan. 200 dolar itu benar-benar memberinya
pelajaran berharga.
Praktek Kerja Yang Membuka Pikiran
Untuk memenuhi syarat
kelulusan, mahasiswa diwajibkan mengikuti praktek kerja di sebuah perusahaan
sesuai bidang minatnya. Di perusahaan inilah Merry Riana terbuka pikirannya.
Bekerja di perusahaan mapan mungkin memang aman bagi sebagian orang. Gaji
pertama dengan gelar sarjana sekitar 2500 dolar dikurangi pajak 20% tinggal
2000 dolar. Biaya kos sekitar 1000 dolar. Tinggal 1000 dolar, tentu ia ingin
menunjukkan hasilnya pada orang tuanya. Ia ingin mengirimi uang orang tuanya
500 dolar sisa 500 dolar belum lagi hutang pendidikan yang harus di cicil.
Terus kapan ia bisa menyenangkan orang tuanya dengan mengajak berjalan-jalan ke
luar negeri. Itu adalah impiannya sejak dulu. Membahagiakan orang tua adalah
cita-cita tertingginya.
Akhirnya ia membuat
resolusi ketika berulang tahunyang ke 20 “ Aku
harus bebas finansial sebelum berusia 30 tahun”. Begitu resolusinya dan itu
tidak dapat tercapai jika ia menjadi karyawan. Ia harus berbisnis walau pernah
gagal ia harus tetap mencari jalan suksesnya.
Bisnis Kedua
Bisnis kedua Merry Riana
adalah mencetak kaus yang dipakai dalam acara ekstrakurikuler dan mencetak
skripsi. Kebetulan saat itu ia sudah masuk semester 7. Mulailah ia dan Alva
hunting percetakan dengan harga yang “miring”.
Di kampus ia juga gencar berpromosi tentang bisnis keduanya. Tetapi ternyata
kenyataan tak seindah harapan. Sudah ada percetakan yang mempromosikan jasa ke
NTU dengan harga jauh lebih murah dari harganya. Akhirnya Merry dan Alva
mengubur harapannya berbisnis percetakan.
Bisnis ketiga Merry dan
Alva adalah Tianshi. Kebetulan saat itu Tianshi lagi marak di Indonesia.
Tianshi adalah suplemen makanan yang dipasarkan dengan cara MLM. Ada kabar
bahwa Tianshi akan membuka pemasaran di Singapura. Merry berfikir jika ia
menjadi yang pertama mempromosikan Tianshi maka ia berada di ujung teratas dari
jaringan Tianshi Singapura. Wuih bayangin aja berapa bonus yang akan ia
dapatkan jika itu benar-benar terwujud.
Segera Merry dan Alva
memborong produk Tianshi dari temannya di Indonesia sebesar 2.250 dolar atau
setara dengan 16 juta rupiah. Mereka berdua berfikir jika mereka memulai start
terlebih dahulu yaitu memperkenalkan produk serta sistem Tianshi ke
teman-temannya di Singapura sebelum dibukanya kantor Tianshi di Singapura maka
mereka akan lebih cepat meraih untung. Dari presentasi yang ia lakukan bersama
Alva, banyak teman-temannya yang tertarik untuk gabung. Ia jadi lebih
bersemangat. Bayangan kesuksesan sudah ada di pelupuk mata.
Harapan tinggallah
harapan, ternyata berita tentang Tianshi akan membuka cabang di Singapura
hanyalah rumor belaka. Menurut orang Tianshi penduduk Singapura terlalu sedikit
dan tidak sepadan dengan biaya perijinan serta operasionalnya. Beda dengan
Indonesia yang berpenduduk 200 juta jiwa lebih. Mendengar kabar itu, lunglai
langsung Merry Riana. Jika bisnis Success Forever ia kehilangan 200 dolar, maka
Tianshi lebih parah lagi, mereka kehilangan 2000 dolar lebih. 10 kali lipat
kerugian bisnis Success Forever.
Bertemu Anthony Robbins
Merry dan Alva sering berdiskusi
tentang orang-orang sukses di bidang bisnis dan motivasi. Anthony Robbins salah
satu idola mereka. Suatu hari ada kabar bahwa Anthony Robbins akan mengadakan
seminar besar-besaran di Singapura. Segeralah mereka membeli tiket seminar itu
yang ternyata berharga 2500 dolar untuk dua orang. Tak apalah mereka merogoh
kocek agak dalam demi mendapatkan motivasi langsung dari ahlinya. Toh mereka
selama ini hanya membaca dari buku saja.
Seminar dimulai dengan
sangat menakjubkan. Anthony Robbins adalah motivator yang sangat pandai
menyentuh hati yang terdalam. Dia mengatakan “ Kita hidup dibelenggu oleh
banyak alasan yang menumbuhkan perasaan takut. Pandanglah kedepan dengan fokus,
melangkahlah dengan cepat dan berani. Jangan pernah takut membentuk cita-cita.
Kita bisa! Kita sangat powerful! Tidak ada yang tidak mungkin jika kita
memiliki tekad dan keberanian. Buatlah mimpi yang besar dan bergeraklah dari
sekarang!” Begitu kata-kata yang meluncur dari Anthony Robbins.
Seketika itu seperti ada
dorongan kuat terhadap diri Merry Riana. Fokus perhatiannya hanya wajah Anthony
Robbins. Langsung Merry Riana berdiri dan berlari kencang menuju bibir panggung
tempat Anthony Robbins membakar semangat. Tetapi secepat kilat para body guard
menghentikan Merry Riana. “Sir tolonglah ini penting bagi hidup saya. Saya
ingin membuktikan kata-kata Anthony Robbins barusan bahwa dengan fokus pada
impian dan tekad bulat maka apapun itu pasti bisa tercapai. Saya ingin berfoto
dengan Anthony Robbins.” Begitu teriaknya pada penjaga. Perlu diketahui bahwa
Anthony Robbins sangat jarang sekali menerima seseorang berfoto dengannya.
Akhirnya setelah acara
selesai, dibelakang panggung Merry berhasil berfoto dengannya. Bertambah kuat
tekad Merry untuk sukses dalam hidup.
Kegagalan Berikutnya
Merry Riana adalah orang
yang tidak mudah putus asa. Setelah menghadapi berbagai kegagalan ia tetap
optimis untuk terus mencari jalan suksesnya. Memasuki semester terakhir awal
tahun 2002 Merry dan Alva tidak lagi disibukkan dengan kegiatan perkuliahan.
Pada suatu hari di kampus ada perlombaan Cashflow Game. Permainan ini
diciptakan oleh Robert Kiyosaki. Permainan ini seperti monopoli hanya saja
seperti benar-benar melakukan transaksi jual beli. Merry dan Alva sangat
menikmati permainan itu dan mereka keluar menjadi pemenang.
Terinspirasi oleh
permainan Cashflow. Mereka memutuskan untuk mempraktekkannya dengan berjual
beli saham. Mereka segera menghubungi pihak terkait dan menanamkan uang 2000
dolar hasil patungan dengan Alva. Mereka melakukan opsi jual dan beli. Pada
hari pertama mereka untung tetapi pada hari berikutnya mereka rugi..rugi dan
terus rugi. Akhirnya mereka malah menanggung kerugian sebesar 10.000 dolar atau
70 juta rupiah hasil pinjaman dari bank.
Sekuat-kuatnya mereka
optimis tetap saja hal itu membuat mereka down. Segala bisnis yang mereka coba
selalu gagal mulai dari success forever yang tertipu, bisnis penjilidan dan
percetakan, Tianshi bahkan sampai saham semua menanggung kerugian yang tidak
sedikit bahkan hampir menguras habis tabungan mereka. Satu-satunya kesuksesan
yang mereka rasakan adalah berhasil berfoto dengan Anthony Robbins. Apakah
memang mereka tidak berbakat berbisnis??
Lulus Kuliah
Pada bulan Juli 2002
Merry Riana dinyatakan Lulus dari Nanyang Technological University atau NTU
dengan predikat Second Upper Honours dengan nilai-nilai yang gemilang. Walaupun
sehari-harinya Merry sibuk dengan berbagai pekerjaan dan bisnis, Merry tetap
bertanggung jawab dengan studynya. Hal ini membuat orang tuanya semakin bangga.
Saat itu mamanya bertanya
“ Lalu apa rencanamu Ria? (panggilan Merry Riana dalam keluarga)”. ” Ria akan
berbisnis, Ma.” Jawabnya “Bisnis apa nak?” mamanya bertanya lagi. “Sales...
tapi belum tahu apa.” Jawab Merry Riana. “Apa?? Sales?? Kamu sekolah jauh-jauh
dan lulus dengan nilai yang baik ujung-ujungnya jadi sales? Mau jadi apa kamu
kelak nak.” Mamanya mulai menangis. Demi menenangkan mamanya, akhirnya Merry
mencari jalan tengah bahwa ia akan mencoba berbisnis selama 3 bulan, jika
menunjukkan tanda sukses dia akan meneruskan. Tetapi jika gagal dia akan
melamar pekerjaan sesuai kehendak mamanya.
Menjai Sales
Merry Riana sadar dirinya
akan ditertawakan teman-temannya tentang pilihannya. Merry memutuskan untuk
menjadi sales produk keuangan. Pertama Merry harus menghubungi 100 orang setiap
harinya dan menawarkan produknya. Ternyata hal ini tidak cukup efektif
mengingat dari 100 orang yang mau menginvestasikan dananya hanya 1 orang bahkan
kadang tidak ada. Akhirnya Merry memutuskan untuk street prospecting yaitu
berjuang dijalan. Mengingat budaya Singapura yang sering berjalan kaki menuju
tempat kerja entah itu bos atau pegawai biasa maka prospek di jalan adalah
pilihan yang strategis.
Merry dan Alva memilih
stasiun MRT. Merry mulai menemui setiap orang dan menjelaskan produk
keuangannya. Dari 10 orang yang ditawari 1 mau menjelaskan lebih lanjut. Alva
bagian mencatat data orang tersebut. Setelah dilakukan berulang ulang akhirnya
terbentuklah rumus dari 20 orang yang di tawari 2 bersedia mendengarkan lebih
lanjut dan 1 bersedia invest atau gabung asuransi atau kartu kredit.
Setiap hari Merry dan
Alva melakukan 20 presentasi, mengejar-ngejar orang agar mau mendengarkan
presentasi mereka. Sering diacuhkan orang, ditolak mentah-mentah. Dan yang
paling membuat down adalah saat kepergok dengan teman sesama alumni NTU
pastinya temannya akan mencibirnya. Pekerjaan ini rentan down, sering Merry
menangis karena perlakuan prospek atau karena merasakan lelah yang begitu
dahsyatnya. Betapa tidak, ia harus mulai mengejar klien, memberi presentasi
dari pagi sampai lewat tengah malam. Menghadapi penolakan yang sering
menyakitkan hati dan mempertaruhkan harga diri. Tapi banyak juga yang memberi
respons positif dan akhirnya deal.
Ada cerita menarik.
Ketika ia sedang menawari temannya, Luki, temannya langsung setuju tetapi belum
deal. Ternyata temannya menelepon ibunya dan si ibu temannya ini menelepon ibu
Merry Riana di Indonesia. Ibu temannya mengatakan bahwa Merry sering memaksa
Luki untuk ikut asuransinya danitu sangat mengganggunya. Akhirnya mama Merry
Riana langsung menelepon anaknya di Singapura sambil menangis menahan malu agar
Merry menyudahi bisnisnya dan melamar pekerjaan saja. Kontan itu membuat Merry
menjadi sangat terpukul. Tetapi Merry sadar bahwa itu semua adalah proses yang
membuatnya sukses di kemudian hari.
Bulan pertama ia mendapat
bonus 500 dolar, bulan kedua tidak jauh beda. Bulan ketiga ia dan Alva tancap
gas. Merry semakin agresif melakukan presentasi karena ini adalah pembuktian
janjinya kepada orang tuanya.
Memenuhi target 20
presentasi sehari sangatlah berat karena fisik dan harga diri semakin tertekan.
Pernah suatu hari karena sudah tidak kuat menahan dinginnya malam dan deraan
rasa lapar ia ingin menyudahi hari itu padahal baru 15 kali ia presentasi
tetapi Alva langsung menolak “ Kita tidak boleh kendur dengan ritme kerja kita.
20 presentasi setiap hari terbukti menghasilkan 1 klien. Jika kita kendur maka
akan semakin jauh target kita.” “Kamu bisa mengatakan itu, karena kamu tidak
merasakan letih berdiri mencari klien,” sahut Merry. Perlu diketahui bahwa
Merry Riana dan Alva Tjenderasa bekerja untuk produk keuangan Prudential adalah
satu tim, Merry bagian yang mencegat klien dan presentasi jadi dia yang lebih
berat tugasnya secara fisik sementara Alva mengamati dari jarak 5-10m, jika ada
klien yang deal maka Alva bagian closing dan mengurus berbagai
adaministrasinya, Alva juga yang mengurus bagian strategi dalam menghadapi
klien. Jadi mereka berdua tidak jalan sendiri-sendiri. Maka pastilah jika
secara fisik dan mental Merry jauh lebih sering mengalami down.
Alva menjawab kekesalan
Merry “Ya sudah, aku ketat dengan disiplin ini karena teringat pada kejadian
yang membuatmu sedih. Apakah kamu sudah lupa bagaimana ibunya Luki mempermalukan
ibumu? Apakah kamu ingin ibumu direndahkan terus. Apakah kamu tidak ingin
segera membahagiakan mereka dan membuktikan ke teman-teman kuliah kita bahwa
kita bisa berhasil lebih dari mereka?” Mendengar klimat Alva yang panjang
lebar, semangat Merry kembali membara. Merry bangkit lagi dan menemui orang
yang berhamburan keluar dari bis terakhir, berharap mendapat 2-3 nasabah lagi.
Saat itu mereka lagi prospecting di halte bus. Selarut itu mereka masih
berjuang mendapatkan nasabah guna menjalankan disiplin ketat 20 presentasi per
hari.
Begitu ketatnya disiplin
yang mereka jalankan. Anda bisa bayangkan, tengah malam, disaat semua orang
terlelap tidur dan menikmati nyamannya malam, mereka masih bekerja mendapatkan
nasabah! Itu bukan kegilaan itu adalah disiplin, tekad dan kebulatan hasrat
untuk berjuang sampai batas maksimal. Benar memang, jika mereka kendur pada
disiplin, maka hal itu akan mudah terulang di hari-hari yang lain. Itu akan
membuat mereka jauh dari mimpi yang mereka idamkan. Kebebasan finansial sebelum
30 tahun.
Begitulah hari-hari
mereka diisi oleh kerja keras, berdoa dan kerja keras. Bekerja sebagai sales
produk keuangan, jika ingin mendapat penghasilan tetap setiap bulannya maka
mereka harus mencapai level manajer selama 3 tahun berturut-turut yaitu setiap
tahun harus mengumpulkan nasabah dengan jumlah total investasi minimal 100 ribu
dolar, kebanyakan orang mau berinvestasi sekitar 100 dolar per orang jadi Merry
harus mencari nasabah tiap tahunnya 1000 orang . Barulah ia bisa merasakan pendapatan
tetap seperti teman kuliahnya tetapi tentu nominal gajinya berkali lipat jauh
lebih besar Merry.
Menjadi Manajer
Bulan Desember 2002
adalah bulan penentuan, selain itu adalah bulan ketiga dari janjinya ke
mamanya, bulan itu juga bulan terakhir seorang sales produk keuangan mencapai
targetnya karena dibulan itu jika total seluruh investasi kliennya mencapai 100
ribu dolar maka di tahun 2004 jabatannya meningkat menjadi manajer. Itu artinya
ia sudah bisa mendapatkan penghasilan tetap tiap bulannya, bisa merekrut anak
buah dan mendapat passive income dari sebagian hasil anak buahnya, kurang lebih
seperti MLM cuman lebih ketat peraturannya.
Di bulan Desember itu
total investasi nasabah yang diperoleh Merry adalah 75 ribu dolar dan waktu
yang tersisa hanya 2 minggu. Merry pasrah tapi tetap melakukan disiplinnya 20
presentasi per hari dan minimal 1 deal per hari. Ada sebuah peristiwa ajaib
yaitu ada seorang nasabah yang bersedia menginvestasikan dananya sebesar 300
dolar, itu adalah 3 kali lipat dari investasi rata-rata nasabah. Betapa
girangnya hati Merry namun apa boleh dikata ternyata di sore hari saat mau deal
sang nasabah membatalkan investasinya. Okelah tak apa, Merry tak putus asa, dia
melanjutkan disiplinnya untuk berpresentasi ke 20 orang per hari.
Keesokan harinya ada
seorang nenek 60 tahun yang tertarik untuk berinvestasi, Merry mengira mungkin
sang nenek akan berinvestasi 100 dolar. Tetapi betapa terkejutnya Merry saat
sang nenek menyodorkan dana sebesar 100 ribu dolar. Seketika itu melonjaklah
hati Merry target tahun2002 terpenuhi. Yakinlah ia bahwa itu adalah keajaiban
Tuhan. Mukjizat! Ya benar jika kita sudah melakukan sesuatu secara maksimal
maka Tuhan pasti akan membantunya melalui mukjizat yang IA turunkan.
Hampir bisa dipastikan
Merry akan mencapai level manajer di tahun 2004. Rekan sesama sales banyak yang
terkejut dengan pencapaian ini. Seorang sales baru, masih muda pula, berhasil
mencapai target yang mencengangkan.
Melunasi Hutang Pendidikan
Suatu siang di bulan
April 2003, Merry mengecek saldo tabungannya ada 40 ribu dolar, ia teringat
akan hutang pendidikannya sebesar 40 ribu dolar. Segera ia menuju DBS bank yang
memberinya pinjaman dana pendidikan dan melunasinya saat itu. Sebetulnya
pemerintah Singapura memberi kelonggaran untuk mencicil melalui pemotongan gaji
setiap bulan, tapi menurut Merry segera terbebas dari hutang akan lebih baik
dan lebih lega. Jadi belum genap 1 tahun usia kelulusan Merry, ia sudah bisa
melunasi hutangnya dari hasil kerja kerasnya sendiri tanpa dibantu orang tua.
Menjadi President Star Club
Seorang sales produk
keuangan, jika bisa meraih pencapaian yang mencengangkan akan dinobatkan
menjadi President Star Club yaitu sebuah penghargaan prestisius dan diakui
dunia bahwa dia adalah sales yang sangat hebat sekali. Tahun 2004 adalah tahun
yang dinamis bagi Merry Riana. Selain mencapai level manajer, ia juga
dinobatkan menjadi President Star Club. Selain mendapat gelar pencapai target
terbaik untuk kategori sales baru dan kategori seluruh jajaran sales senior,
Merry juga menjadi seorang sales dengan jumlah nasabah terbanyak. Ini
membuktikan bahwa total investasi itu diraih Merry dengan mengumpulkan banyak
nasabah bukan karena ia kenal dengan orang-orang kaya yang berinvestasi
langsung banyak.
Banyak orang bertanya apa
rahasia kesuksesannya, ia menjawab “ Aku bekerja 14 jam sehari, tujuh hari
dalam seminggu, 20 kali presentasi sehari dan selalu belajar trik khusus
menghadapi calon nasabah. Tapi diatas semua itu aku fokus pada resolusiku, aku
ingin bebas finansial sebelum usiaku 30 tahun.” Saat itu ditahun 2004, 2 tahun
lebih 3 bulan ia menjadi sales, Merry telah mendapat penghasilan tetap satu
miliar rupiah lebih per tahun. Itu gaji yang jauh melampaui teman-teman
kuliahnya yang rata-rata 20 juta rupiah per bulan atau hanya 200-300 juta
rupiah per tahun.
Meraih 1 Juta Dolar Pertama
Keberhasilan Merry di
ranah sales ternyata memang mencatat pencapaian yang fantastis. Sebenarnya
Merry sendiri kurang menyadari hal itu karena terlalu fokus pada disiplinnya.
Ya walaupun Merry sudah mencapai targetnya, ia masih tetap menjalankan disiplin
ketatnya. Hal itulah yang membuat Merry tak menyadari pencapaiannya yang
fantastis ketika dibandingkan dengan sales lain yang lebih senior sekalipun.
Etos kerja keras dan
fokus itulah harga mati dari segala pencapaian ini. Pencapaian demi pencapaian
kemudian mengalir seperti mukjizat. Pada tahun 2006, penghasilan Merry Riana
telah menembus 1 juta dolar atau 10 miliar rupiah. Fantastis. Merry dinobatkan menjadi
profesional termuda dengan penghasilan besar di Singapura.
KATA-KATA MUTIARA MERRY RIANA
§ Berpikir positif adalah pekerjaan
yang mudah, yang Anda perlukan hanyalah ‘jangan berpikir negatif’.
§ Hidup ini seperti mengendarai
sepeda. Kita akan melaju terus, selama kita masih mengayuh pedalnya.
§ Berubahlah sebelum perubahan itu
yang akan memaksa Anda.
§ Hidup mungkin penuh dengan
masalah. Tapi selama kamu memberikan yang terbaik & terus berdoa, segalanya
akan indah pada waktunya.
§ Berikan senyuman termanismu walau
saat terpedih di hatimu, setidaknya kamu masih bisa membahagiakan orang-orang
di sekitarmu.
§ Lakukan kebaikan dan kebaikan-Nya
pun akan semakin terasa.
§ Jangan hanya puas jadi penonton
dan komentator. Jadilah sutradara dan pemain.
§ KESEMPATAN sudah menunggu lama di
depan kita. Cepat bergerak, sebelum orang lain datang menjemputnya.
§ Kenikmatan & penderitaan
hanya sementara. Jangan terhanyut oleh kenikmatan sementara jangan menyerah
karena penderitaan sementara.
§ Jika kita menunggu sampai semua
keadaan sudah sempurna baru kita mengambil tindakan, mungkin kesempatannya
sudah hilang.
§ Jika kita bersalah pada orang
lain akui kesalahan dan minta maaf. Jika orang lain bersalah pada kita: dengar
dan maafkan.
§ Jangan meremehkan hal-hal kecil.
Hal-hal besar hanya bisa tercapai dengan mencapai hal-hal kecil itu terlebih
dahulu.
§ You Can Take Me Out From
Indonesia, But You Can Never Take Indonesia Out From Me.
BIODATA MERRY RIANA
Nama : Merry Riana
TTL : Jakarta, 29 Mei 1980
Agama : Katolik
Profesi : Consultant,
Pendiri dan Pemimpin MRO (Merry Riana Organization), Motivator dan Inspirator
Wanita No 1 Asia, Penulis buku
Nama Suami : Alva
Tjenderasa
Nama Ayah : Ir.
Suanto Sosro saputro
Nama Ibu : Lynda
Sanian
Pendidikan :
S1-Nanyang Technological University Singapura
PENGHARGAAN YANG DITERIMA MERRY
RIANA
· Star Club President
· Top Rookie Consultant of the Year Award
· Top Rookie Manager of the Year Award
· Top Manager of the Year Award
· Agency Development Award
· Nanyang Outstanding Young Alumni Award oleh Rektor NTU
· Penghargaan Dari Menteri Tenaga Kerja Singapura, Mr Gan Kim Yong
· Spirit of Enterprise Award oleh Mr. Lee Yi Shyan, Menteri Perdagangan dan
Industri Singapura
· Top 5 Most Gorgeous Female
· My Paper Executive Look Reader’s Choice Award
· Great Women of Our Time Award oleh Mrs. Yu Foo Yee Shoon, Menteri
Pengembangan Masyarakat, Pemuda dan Olahraga Singapura
BUKU TENTANG MERRY RIANA YANG
BEST SELLER
1. A Gift From a Friend yang diterjemahkan dalam 7 bahasa yaitu Indonesia,
Inggris, Mandarin, Melayu, Vietnam, Tagalog dan Myanmar
2. Mimpi Sejuta Dolar
3. Dare to Dream Big
Sumber : http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.com/2013/06/biografi-merry-riana-motivator-wanita_4388.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar